Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Kabupaten Tulungagung menyebut informasi di media massa dan medsos bahwa kasus corona yang menyebar acak dan menginfeksi sejumlah warga di Desa Jabalsari, Tulungagung, Jawa Timur, berasal dari dokter Ys yang terpapar dari pasien positif COVID-19 berinisial Hn, asal Ngadiluwih, Kediri, bukan dari "klaster tahlilan" seperti yang diberitakan.
"Tidak ada itu klaster tahlilan. Yang benar adalah persebaran dari klaster ketiga, yaitu jalur penularan dari kelompok tenaga medis di RSUD (dr. Iskak) yang terpapar dari pasien HN," kata Ketua ISNU Tulungagung Mochammad Rifai di Tulungagung, Ahad.
Rifai yang juga Humas RSUD dr. Iskak Tulungagung mengakui ada indikasi paparan virus corona di Desa Jabalsari, Kecaman Sumbergempol, saat acara tahlilan mendoakan tokoh agama setempat yang meninggal di rumah (bukan meninggal di rumah sakit).
Namun, hal itu bukan berarti bisa disimpulkan sebagai klaster baru atau klaster tahlilan.
Di Tulungagung, dari total 16 orang yang dinyatakan positif terpapar virus corona atau positif COVID-19, sumber penularannya diidentifikasi ada tiga, yakni klaster pertama dari kelompok rombongan umroh, klaster kedua pelatihan pendampingan haji se-Jatim di Surabaya, dan terakhir klaster ketiga dari lingkup kelompok tenaga medis yang terpapar corona pasien (almarhum) di RSUD dr. Iskak.
Menurut Rifai, penggunaan diksi klaster tahlilan - sekalipun hanya "permainan" judul dan angel pemberitaan - bisa menimbulkan opini yang keliru atau menyesatkan di masyarakat, sebab identifikasi klaster tahlilan memang tidak ada dalam catatan epidemologi Satgas Penanggulangan COVID-19.
Sebaliknya, paparan virus corona baru yang menginfeksi warga Desa Jabalsari berinisial MA merupakan kelanjutan dari temuan kasus di klaster ketiga.
Hal itu didasari fakta bahwa MA terpapar corona dari dokter YS yang tertular dengan status OTG (orang tanpa gejala) dari pasien klaster ketiga, yaitu pasien asal Ngadiluwih, Kediri.
"Tahlilan pun sebenarnya tidak masalah seandainya waktu itu warga patuh pada protokol kesehatan untuk mencegah paparan virus corona baru. Antarjamaah konsisten saling menjaga jarak, cuci tangan saat masuk dan ke luar rumah, tertib menggunakan masker, dan jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang," katanya.
Jadi, lanjut dia, masyarakat diharap selalu mematuhi protokol kesehatan yg telah ditetapkan pemerintah.
ISNU Tulungagung: Kasus warga Jabalsari positif corona bukan klaster tahlilan
Minggu, 26 April 2020 13:10 WIB