Jember (ANTARA) - Coronavirus Disease 2019 atau yang biasa disebut COVID-19 merupakan musuh tak tampak mata yang membuat dunia kalang kabut dan hampir melumpuhkan denyut nadi sektor perekonomian di berbagai negara, tidak terkecuali bagi Indonesia.
Masyarakat sempat dibuat panik, resah, khawatir berlebihan, paranaoid, dan galau akibat wabah virus yang mengguncang dunia tersebut. Bahkan, tidak sedikit orang yang stres dan frustasi akibat virus yang sulit dideteksi penularannya.
Tidak hanya itu, berita di media massa juga membuat masyarakat dag-dig-dug dan cemas, sedangkan media sosial diwarnai hoaks nan simpang siur yang tidak membuat suasana kebatinan menjadi lebih baik. Sehingga, sulit rasanya untuk tetap berpikir positif di tengah kecemasan global wabah corona itu.
Pemerintahan di semua negara berusaha keras mencari formulasi dan strategi untuk menghadapinya, bahkan tidak sedikit dana yang dikucurkan untuk penanganan wabah virus corona dan menekan kematian jumlah pasien yang terpapar COVID-19.
Tanggung jawab untuk mengatasi wabah virus corona tidak bisa dilemparkan kepada pemerintah saja dan tidak perlu saling tuding siapa yang harus bertanggung jawab, karena semua warga bisa terlibat untuk menguatkan simpul bahu-membahu dalam menghadapi virus yang tak kasat mata itu.
Gotong royong merupakan upaya bersama untuk melawan penyebaran virus corona dan tiap pihak atau individu mempunyai kontribusi masing-masing dalam melawan penyebaran virus Corona. Pemerintah tentu punya cara sendiri dan masyarakat perlu menanggapi cara pemerintah itu secara positif.
Melakukan gotong royong mengantisipasi penyebaran pandemi global COVID-19 bisa dilakukan dengan menguatkan simpul komando hingga tingkat organisasi di RT/RW, bahkan di keluarga. Semua bergerak dengan mengisi peran dan posisinya masing-masing.
Anggap saja saat ini Indonesia sedang dalam kondisi yang membutuhkan peran kita semua sebagai elemen bangsa. Jika pemerintah pusat dan daerah dibiarkan bekerja sendirian, tentu saja mereka akan kewalahan, sehingga dibutuhkan kesadaran kolektif setiap warga masyarakat untuk mendukung pemerintah mengatasi COVID-19.
Pandemi COVID-19 tanpa disadari telah menumbuhkan sikap kepedulian, mempertebal rasa solidaritas dan kebersamaan yang terlihat dari berbagai komunitas dan perusahaan yang memberikan perhatian penuh kepada tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan wabah virus corona.
Bermunculannya aksi sosial yang dilakukan oleh individu, komunitas, tokoh masyarakat, perusahaan, dan berbagai institusi dengan membagi-bagikan masker atau sembako kepada warga yang terdampak COVID-19 merupakan bentuk kepedulian dan rasa empati yang tinggi atas krisis wabah Corona.
Dalam menghadapi pandemi seperti ini, sifat sosial manusia muncul dalam berbagai tindakan solidariras dan kebersamaan. Namun, keharusan menjaga jarak sosial dan fisik (social/physical distancing) tentu tidak akan menghalangi mereka untuk tetap saling berbagi rasa.
Hikmah lain yang juga dirasakan oleh penulis adalah keharusan melakukan karantina atau isolasi mandiri seiring dengan imbauan pemerintah untuk di rumah saja dan penerapan work from home memberikan peluang untuk menghabiskan waktu lebih banyak di rumah bersama keluarga tercinta.
Bumi pun menikmati waktu istirahat dari hiruk pikuk pergerakan manusia dan tingkat udara pun menjadi lebih bersih. Namun, yang tidak kalah penting, hikmah paling sederhana didapat adalah kita diingatkan kembali untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti menjaga kebersihan tangan yang selama ini jarang dipedulikan banyak orang dan menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang bergizi.
Semoga badai COVID-19 segera berlalu karena masa-masa sulit saat ini tidaklah mudah dijalani bagi siapapun. Masyarakat tentu rindu berjabat tangan dan bersalaman tanpa rasa khawatir, beribadah bersama tanpa menciptakan jarak, dan melakukan aktivitas seperti biasa.
Semoga corona segera pergi dari Bumi Pertiwi...