Madiun (ANTARA) - Natal yang diperingati sebagai hari kelahiran Yesus Kristus setiap tanggal 25 Desember oleh umat Kristiani adalah momentum lahirnya spirit cinta kasih.
Bagi kalangan umat Kristiani, Natal dianggap sebagai suatu peristiwa agung akan lahirnya Sang Pembaru yang membawa kasih dan kedamaian hidup di tengah kondisi "kegelapan" kala itu. Kegelapan yang nyata, yaitu kebencian, kekerasan, konflik, dan perbedaan di antara umat manusia.
Tema Natal yang diangkat di tahun 2019 tentang "Hiduplah sebagai Sahabat bagi Semua Orang" agaknya sangat tepat menjawab tantangan akan "kegelapan" tersebut. Kegelapan yang juga dimiliki oleh Bangsa Indonesia karena perbedaan dan keragamannya dalam kehidupan sehari-hari.
Meski tak dipungkiri, keragaman maupun kebhinekaan bangsa Indonesia itu sejatinya merupakan anugerah Tuhan jika mampu melestarikannya dengan penuh rasa syukur dan semangat toleransi
Membahas tentang menjaga toleransi kehidupan berbangsa dengan spirit Natal, sangat setuju dengan pendapat Pastor Kepala Paroki Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus (HKY) Kota Malang, Jawa Timur Romo Alberto A. Djono Moi, O.Carm, yang menyatakan bahwa tema Hiduplah sebagai Sahabat bagi Semua Orang membawa pesan persahabatan yang mengajak umat Kristiani dan umat agama lainnya kembali kepada sejarah berdirinya Bangsa Indonesia.
Yakni, bangsa yang terdiri atas bermacam-macam suku, budaya, serta keyakinan yang telah lama berjuang merebut kemerdekaan dari penjajahan. Tema Natal 2019 sangat mewakili keberadaan negara kita, Indonesia sebagai bangsa yang berbhineka.
Tokoh agama itu menyebut tema maupun pesan Natal 2019 sebenarnya dipilih oleh Persekutuan Gereja-Gerja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) karena terinspirasi oleh "Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan" atau Deklarasi Abu Dhabi.
Dokumen itu ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Al-Azhar Ahmed Ath-Tayyeb dalam Pertemuan Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi, Ibu Kota Uni Emirat Arab, pada Februari 2019.
Dokumen Abu Dhabi berisi poin-poin yang membuat kedua tokoh dunia tersebut bersepakat untuk terus berupaya mendorong terbentuknya hubungan yang lebih kuat antara umat manusia.
Bersepakat untuk mempromosikan hidup berdampingan antara umat beragama. Sepakat untuk melawan ekstremisme dan dampak negatifnya, serta sepakat menolak tindak kekerasan dan kebencian yang mengatasnamakan Tuhan maupun agama.
Adapun Dokumen Abu Dhabi itu sangat relevan dengan kondisi dunia dan khususnya di Indonesia kita tercinta ini.
Kiranya spirit Natal mampu menyadarkan kita untuk saling menerima satu dengan yang lainnya yang berbeda sesuai peran, agama, dan keahlian masing-masing.
Selamat Hari Natal 2019 bagi masyarakat yang merayakannya dan selamat menyambut tahun baru 2020. Dengan spirit Natal, bertekad mewujudkan kehidupan berbagsa yang penuh toleransi dan saling mengasihi untuk Indonesia damai dan maju. (*)