Trenggalek (ANTARA) - FPTI dan komunitas Mahasiswa Pecinta Alam se-Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda di kaki tebing Gunung Spikul, Trenggalek, Jawa Timur, Senin dengan cara membentangkan bendera Merah Putih raksasa ukuran 30x20 meter di ketinggian tebing setinggi 380 meter.
Dipandu sejumlah rekannya yang mengawasi dari bawah, para pemanjat tebing profesional dengan sigap merayap menaiki tebing vertikal Gunung Spikul yang berlokasi di Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, itu.
Hembusan angin kencang sempat menyulitkan para pemanjat mengibarkan bendera raksasa dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda itu sejak pagi pukul 07.00 WIB hingga 09.30 WIB.
Namun kesabaran yang dipadu teknik mumpuni para pemanjat yang sudah berlatih di lokasi tersebut sejak 19 Oktober itu akhirnya sukses membentangkan bendera merah putih itu selama kurang lebih sejam, seiring prosesi upacara bendera memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-91 di kaki Gunung Spikul yang dipimpin langaung oleh Komandan Korem 081/Dirotsaha Jaya Kolonel Inf Masduki.
Seremoni upacara bendera itu diikuti ratusan mahasiswa pecinta alam dari berbagai daerah di Indonesia, pegiat FPTI (Federasi Pecinta Alam Indonesia), pelajar, dan kelompok-kelompok kepemudaan yang diwakili komunitas lokal Trenggalek.
"Yang terlibat merupakan miniatur dari Indonesia. Ada dari Aceh, Padang, Yogyakarta, Ponorogo, Pacitan, Sumba, Kendiri, sampai Papua,” kata Ketua Pelaksana Kegiatan dari FPTI, Khairul Fuadi.
Tebing Spikul di Desa Watuagung Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek bukan pertama kalinya dipilih menjadi lokasi pengibaran bendera. Selain peringatan Hari Sumpah Pemuda, salah satu wisata minat khusus itu juga sering digunakan untuk mengibarkan Merah Putih saat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Komandan Korem 081/Dhirotsaha, Kolonel Inf Masduki menilai, pengibaran bendera raksasa di Tebing Spikul mempunyai makna yang bagus. Tebing Sepikul, kata dia, punya simbol yang besar dan kokoh. Dua simbol itu dianggap pas untuk menopang Sang Merah Putih.
"Intinya, kami tetap bersatu, memajukan Indonesia ke depan. Tidak saling menjatuhkan, bentrok, dan lain-lain," ujarnya.
Sembilan pemanjat itu dipilih dari berbagai daerah untuk menggambarkan persatuan. Pengibaran diiringi upacara yang dipimpin oleh Kolonel Inf Masduki.
Menurutnya, itu merupakan penyaluran energi yang positif, kreatif, dan dekat dengan alam. "Hubungan manusia dengan alam harus dipelihara, selain hubungan dengan manusia dan dengan Tuhan," katanya.
Pengibaran bendera raksasa yang digelar organisasi FPTI dan komunitas mahasiswa pecinta alam se-Indonesia itu didukung salah satu perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang industri gula cair dan dihadiri langsung Staf Ahli Bidang Sosial Budaya Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Mayjen TNI Isaac Marcus Pattipeilohy.