Surabaya (ANTARA) - Dinas Kesehatan Jawa Timur memastikan tidak ada status Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di provinsi setempat, menyusul adanya temuan kasus ratusan siswa dan puluhan guru pembawa kuman difteri di Kota Malang.
Kepala Dinas Kesehatan Jatim Kohar Hari Santoso di Surabaya, Senin, mengatakan bahwa daerah dengan kasus tertinggi hingga 25 Oktober 2019 adalah Kabupaten Bangkalan dan Kota Surabaya masing-masing ada 26 kasus difteri, kemudian Kabupaten Lumajang 21 kasus.
"Sedangkan di Malang hanya 10 kasus dan hingga saat ini tidak ada peningkatan yang tajam. Jadi belum begitu urgent untuk KLB," kata dia.
Baca juga: Dinkes Jatim siapkan langkah cegah difteri Malang meluas
Kohar mengemukakan, adanya kasus ratusan siswa pembawa (carrier) bakteri difteri di Malang bermula dari para siswa yang kemudian memiliki inisiatif untuk memeriksakan diri.
"Saat ini sudah tertangani dengan baik dan upaya pencegahannya sudah kita lakukan," kata Kohar.
Selain itu, Dinas Kesehatan Kota Malang kini telah memberikan profilaksis dengan eritromisin kepada para carrier difteri. Agar nantinya dapat membunuh kuman yang dibawa oleh penderita carrier difteri agar tidak menularkannya ke orang lain.
Baca juga: Kasus "carrier" difteri, Wali Kota Malang imbau orang tua imunisasi anaknya
Baca juga: Cegah kasus difteri, Dinkes Pamekasan lakukan deteksi dini
Kohar meminta kepada masyarakat agar tidak terlalu panik dengan penemuan kasus difteri di Kota Malang, meskipun itu bukan positif difteri.
Ia mengimbau kepada masyarakat agar menjaga daya tahan tubuh, makan makanan bergizi dan melakukan imunisasi.
"Masih banyak anak-anak ataupun masyarakat yang belum melakukan imunisasi lengkap. Sehingga bisa terkena difteri," katanya.
Baca juga: Cegah difteri, Dinkes Kediri gencar sosialisasi imunisasi
Kohar mengatakan akan mengadakan bulan imunisasi anak pada November mendatang. Kegiatan ini digelar untuk melakukan pencegahan penyakit difteri dengan memberikan imunisasi kepada para siswa di sekolah-sekolah.
"Difteri ini bisa dicegah melalui imunisasi. Maka dari itu, nanti akan kami gelar bertahap selama sebulan penuh. Jadi bukan hanya siswa saja yang diwajibkan mengikuti imunisasi, tapi semua bayi dan wanita usia subur termasuk calon pengantin diwajibkan untuk mengikuti imunisasi," tuturnya.
Menurut Kohar yang terpenting saat ini pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang kewaspadaan mulai dari memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara pencegahan dan imunisasi rutin. Kemudian mengoptimalkan assessment evaluasi surveilans epidemiologi.
"Kalau ini dilakukan dengan baik, saya rasa difteri bisa dicegah," katanya.