Tulungagung (ANTARA) - Ratusan warga di wilayah Tanggunggunung, Tulungagung, Jawa Timur, mengalami krisis air bersih cukup serius sehingga sebagian mereka terpaksa menggunakan sisa genangan air Sungai Aren untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari maupun mandi cuci kakus (MCK).
Pemandangan itu terlihat, salah satunya di Desa Winong, Kecamatan Tanggunggunung, Minggu.
Belasan warga setiap pagi dan sore terlihat berburu air sisa genangan sungai setempat yang mulai mengering.
Air itu diambil menggunakan gayung, lalu dimasukkan ke dalam timba atau jeriken ukuran 30 literan untuk selanjutnya dibawa ke rumah masing-masing.
"Kami terpaksa melakukannya karena suplai air dari HiPAM tidak mencukupi. Sering mati," ujar Mulyani, salah satu warga.
Sebenarnya warga bisa saja mendapat pasokan air bersih dari penjualan eceran milik pedagang, namun harganya yang dipatok sekitar Rp15 ribu per drum isi 150 liter cukup memberatkan.
Air Sungai Aren masih mengalir pelan, dengan debit yang kecil. Warga kemudian membuat beberapa cerukan diantara dasar sungai yang menyembul akibat debit air susut, sehingga air meresap ke lubang-lubang tersebut.
Setelah air mengumpul, warga lalu mengambilinya untuk dimasukkan ke dalam jeriken ataupun botol-botol plastik bekas.
Untuk mendapat air di sungai Aren yang mengering ini, banyak warga yang rela berjalan cukup jauh hingga sekitar 1 hingga 3 kilometer demi menghidupi keluarganya.
"Sayangnya sejauh ini belum pernah ada bantuan air bersih masuk, apalagi (bantuan) dari pemerintah," kata Sukiman, warga lainnya.
Krisis air bersih melanda warga di wilayah Tulungagung selatan
Minggu, 6 Oktober 2019 22:00 WIB