Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Setiap mahasiswa pasti punya cita-cita dan impian meraih prestasi saat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, sehingga tidak jarang mereka juga aktif dalam berbagai kegiatan kampus, baik akademik maupun nonakademik.
Untuk menjadi mahasiswa berprestasi tentu dituntut selalu berinovasi dan kreatif baik dalam bidang akademik maupun nonakademik, sehingga tidak hanya belajar mata kuliah yang diajarkan dosen saja karena ke depan generasi penerus bangsa tersebut akan terjun dan bersosialisasi dengan masyarakat.
Seperti yang dilakukan mahasiswi Program Studi Teknologi Hasil Pangan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Jember (Unej) Meida Cahyaning Putri yang prihatin akan banyaknya sampah plastik yang sulit terurai, lalu mengembangkan plastik bagi pembungkus makanan berbahan dasar singkong alias bioplastik.
Penggunaan plastik yang masif kini menjadi masalah bagi lingkungan, sehingga tidak heran jika kemudian mulai muncul gerakan bijaksana dalam menggunakan plastik seperti mulai mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai hingga usaha mencari bahan alternatif pembuat plastik yang ramah lingkungan.
Menurut data dari Asosiasi Industri Aromatik, Olefin dan Plastik Indonesia tahun 2016 tercatat penggunaan plastik di Indonesia mencapai 4,8 juta ton dengan kecenderungan kenaikan 5 persen per tahunnya.
Semua plastik tergolong sampah yang tidak bisa terurai secara alami sehingga dapat menjadi bom waktu lingkungan.
"Saya tertarik meneliti bioplastik karena banyaknya penggunaan plastik di Indonesia, sehingga membuat plastik ramah lingkungan seperti bioplastik yang berbahan singkong. Indonesia adalah produsen singkong ketiga terbesar di dunia, dimana pati singkong adalah bahan dasar pembuat bioplastik," tuturnya di Kabupaten Jember.
Mahasiswi berhijab asal Jombang itu menamakan bioplastiknya dengan Smart Edible Plastic (Smatic) dan menurutnya bioplastik sebenarnya sudah dikembangkan di Indonesia, namun bedanya smatic menggunakan campuran pati singkong dan tepung kulit singkong.
Dalam pembuatan smatic, Meida menambahkan mikroemulsi dalam ukuran nano partikel ke dalam bioplastik yang dikembangkan dan mikroemulsi itu bisa dari ekstrak teh, bunga rosella dan bahan alami lainnya.
Ia mengatakan mikroemulsi itu berfungsi menjadi antioksidan sehingga bioplastik mampu mencegah makanan jadi basi atau tengik. Penambahan tepung kulit singkong dan mikroemulsi juga memperkuat daya tarik bioplastik sehingga tidak mudah rusak bila terkena air.
Mahasiswa FTP itu memang sengaja membuat Smatic yang fungsinya untuk membungkus makanan, khususnya kue basah seperti jenang, dodol atau kue suwar suwir khas Jember, agar makanan tersebut tidak mudah basi dan penambahan mikroemulsi menjadi nilai lebih karena mengandung antioksidan.
Kue yang dibungkus dengan Smatic bisa dimakan dengan plastik pembungkusnya sekaligus karena aman dan justru mengandung antioksidan dari teh atau bunga Rosella atau dari bahan alami lainnya.
Hal itu yang menjadi keunggulan plastik ramah lingkungan Smatic, sedangkan jika mau dibuang pun maka akan terurai di alam dengan sendirinya.
Ia menjelaskan proses pembuatan Smatic pun tidak memerlukan teknologi tinggi dan membuka peluang usaha baru bagi usaha mikro dan kecil menengah di Kabupaten Jember.
Ketekunan Meida meneliti bioplastik membawanya menjadi mahasiswa berprestasi tingkat Universitas Jember 2019 dan mewakili Unej ke jenjang nasional.
Tidak hanya sampai di situ, anak bungsu pasangan dari Suparman dan Sri Gati terus mengasah kemampuannya dengan mengikuti berbagai lomba esai teknologi pangan hampir setiap bulan dengan bantuan rekan-rekannya dan para dosen.
Masker dari kelor
Selain membuat bioplastik ramah lingkungan dari bahan singkong, Meida juga menciptakan masker kecantikan berbahan kelor dan rempah dengan bantuan tiga rekannya yakni Yoga Lintang Permana, Wiwik Rahayu, dan Putri Sekaring yang diberi nama Masker Kelor Rempah (Merem).
Setelah melakukan penelitian lebih dari tiga bulan, mereka mengkombinasikan daun kelor yang kaya antioksidan, kunyit, dan beras untuk meremajakan kulit tanpa bahan kimia, sehingga aman dari efek samping yang biasanya ditimbulkan dari pemakaian kosmetik yang mengandung bahan kimia.
Berdasarkan kajian yang mereka lakukan, perawatan secara tradisional merupakan cara yang efektif dalam perawatan kulit wajah agar tetap halus dan sehat, tentunya dengan menggunakan kosmetik tradisional yang dibuat dari bahan alami tanpa penambahan bahan kimia berbahaya.
Ia mengatakan masker dengan formulasi penambahan bahan kelor dan kunyit masih belum ada. Kedua bahan itu mengandung Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E dan protein, serta antioksidan yang mampu mengurangi keriput pada wajah dan peremajaan kulit.
Tanaman kelor termasuk tanaman yang ajaib karena mengandung vitamin A lebih banyak dari wortel, kalsium, protein, Fe dan Vitamin C, sedangkan kunyit mengandung antoksidan, antiaging dan kurkuminoid sebagai antibakteri yang sangat bagus buat kulit terutama wajah.
Meida pun patut berbangga karena idenya membuat masker kelor mendapatkan apresiasi dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), sehingga berhasil mendapatkan pendanaan melalui Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) Kemenristekdikti.
Selama ini, proses produksi masih dilakukan di rumah produksi salah satu anggota tim, namun untuk proses pengujian masker dilakukan di Laboratorium FTP Unej. Selama Maret hingga Juli 2019 tercatat sudah terjual sebanyak 2.958 bungkus dengan harga perbungkusnya 4.000 rupiah untuk kemasan 15 gram.
"Responnya cukup bagus, bahkan banyak konsumen dari berbagai daerah, termasuk luar Jawa yang memesan masker kelor tersebut, sehingga kami kewalahan untuk melayani pembeli masker kelor melalui dalam jaringan (daring) maupun luar jaringan," ujarnya.
SDM unggul
Sementara itu, Rektor Universitas Jember Moh. Hasan mengatakan peran perguruan tinggi sangat penting dalam kehidupan sebuah negara mengingat salah satu tugasnya adalah mempersiapkan generasi penerus bangsa.
Menurutnya, peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 yang mengambil tema "SDM Unggul, Indonesia Maju" harus menjadi cambuk bagi civitas akademika Universitas Jember untuk bekerja lebih keras guna mempersiapkan SDM yang unggul yang akan membawa Indonesia lebih maju.
"Kami juga berharap selalu tumbuh mahasiswa-mahasiswi yang berprestasi untuk mengharumkan nama kampus Universitas Jember seperti yang dilakukan Meida dengan berbagai inovasinya. Perguruan tinggi harus mendukung dan mempersiapkan SDM generasi penerus bangsa yang unggul," katanya.
Hasan mengatakan Kemenristekdikti juga menetapkan Unej sebagai pusat unggulan (Center of Excellence) pada bidang bioteknologi pertanian dan kesehatan.