Surabaya (ANTARA) - Pimpinan Anak Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) se-Kota Surabaya, Jawa Timur, meminta Ketua DPC PKB Musyafak Rouf mundur dari jabatannya karena dinilai gagal dalam memajukan partai khususnya dalam Pemilu Legislatif 2019.
"Ada 31 PAC PKB se-Kota Surabaya mengalami krisis kepercayaan terhadap Ketua DPC PKB Surabaya. Kami menilai ketua tidak mampu memajukan PKB di Surabaya," kata Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) PKB Tambaksari Surabaya Akhmad Miftachul Ulum kepada Antara di Surabaya, Senin.
Terlebih, lanjut dia, tidak berfungsinya mesin partai pada saat Pemilu 2019 ditengarai oleh beberapa kader dan pengurus PAC merupakan kesalahan yang fatal. Bahkan, pada Pemilu 2019, PKB Surabaya tidak memiliki saksi pemilu sama sekali.
Kekosongan saksi partai di seluruh Surabaya, lanjut dia, pastinya merugikan partai dan menyulitkan kader yang sedang ikut berkontestasi pada Pemilu 2019.
Menurutnya, dalam kepemimpinan Musyafak Rouf, PKB Kota Surabaya mengalami kemunduran.
"Bagaimana tidak, tidak ada PAC yang difungsikan selama masa Pemilu 2019. Artinya, kepemimpinan PKB Surabaya saat ini terlalu percaya diri," ujarnya.
Menurut dia, hampir 100 persen suara PKB di seluruh daerah Jawa Timur mengalami kenaikan suara dan tambahan kursi DPRD tingkat kabupaten/kota, kecuali PKB Surabaya yang menargetkan 11 kursi, tetapi hasilnya tidak sampai separuhnya.
"Seharusnya Ketua DPC PKB Kota Surabaya berani mempertanggungjawabkan kepemimpinannya tersebut. Minimal Cak Syafa' tahu diri dan segera undur diri dari jabatan yang diembannya sekarang," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap Dewan Pimpinan Wilayah DPW PKB Jatim dan DPP PKB untuk segera mengambil tindakan tegas demi kebaikan PKB Surabaya.
"Kalau bisa DPW PKB Jatim segera ambil tindakan menunjuk pejabat sementara, tidak harus menunggu musyawarah cabang luar biasa demi kebaikan PKB Surabaya," katanya.
Sementara itu, Ketua DPC PKB Surabaya Musyafak Rouf saat dikonfirmasi tidak berkenan menanggapi terkait sikap tidak percaya, yang disuarakan PAC PKB se-Kota Surabaya tersebut.
"Saya tidak mau menanggapi itu. Ini pasti ada yang menyuruh, ada agenda, ada target dan ada kemauan," katanya.