Surabaya (ANTARA) - Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy mengatakan sistem irigasi menjadi kunci keberhasilan pengelolaan sawah bekas lahan rawa, sebab saat musim hujan air kadang berlebih, dan sebaliknya kemarau lahan rawa menjadi kering.
"Akibatnya para petani di lahan rawa hanya menanam padi satu kali dalam setahun untuk menghindari musim penghujan. Oleh karena itu, persoalan tersebut kini teratasi lewat tata kelola irigasi," kata Sarwo, dalam keterangan persnya yang diterima di Surabaya, Jumat.
Ia mengatakan dengan prinsip tata kelola irigasi, petani dapat mengatasi kekurangan air (air baku pertanian) pada saat musim kemarau, dan pada musim hujan bisa membuang kelebihan air, sehingga mampu memproteksi lahan dari genangan banjir.
"Jadi secara operasional bisa melakukan sirkulasi untuk mengatasi masalah kualitas air,” kata Sarwo
Dengan upaya terencana dan terukur, Sarwo meyakini tata kelola irigasi yang masuk dalam program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) Kementan yang dimulai dua tahun lalu akan sukses menjadikan lahan rawa sebagai alternatif lumbung yang mencukupi kebutuhan pangan nasional, bahkan dunia.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengapresiasi semangat kaum ibu di Desa Kokida, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam mengolah lahan sawah rawa.
Di desa itu, ibu-ibu yang bertugas menanam padi di sawah, sementara para suaminya mengolah lahan agar siap ditanami. Hal ini terungkap saat Amran melakukan tanya jawab dengan petani di Posko Program Serasi dalam rangkaian kunjungan kerjanya.
Saat ditanya adakah keluhan lain yang ingin disampaikan?, ibu-ibu di wilayah itu kompak menjawab jalan usaha tani yang belum memudahkan petani untuk mengangkut hasil panen.
Oleh karena itu, Amran meminta bupati setempat selaku kepala daerah turut memberi dukungan dengan memperbaiki jalan. (*)