Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Asesor GGN UNESCO Guy Martini datang ke Banyuwangi untuk meninjau persiapan daerah itu menjadi atau ditetapkan sebagai situs geological park dunia.
Selama di kabupaten ujung paling timur Pulau Jawa itu, Martini melakukan kunjungan ke Pantai Pulau Merah, Gunung Ijen, dan Desa Adat Kemiren.
Martini sebagaimana dikutip keterangan tertulis Pemkab Banyuwangi, Selasa mengatakan geopark tidak hanya sekadar bicara alam semata, tetapi seluruh aspek di dalamnya, seperti hayati dan kebudayaan. Banyuwangi sendiri memiliki kekayaan warisan geologi yang luar biasa dan lengkap. Mulai Pantai Pulau Merah, Gunung Ijen, jejeran taman nasional, hingga Suku Osing yang memiliki akar budaya yang kuat.
Tiga objek wisata di Banyuwangi, yaitu Gunung Ijen, Pantai Pulau Merah, dan Taman Nasional Alas Purwo baru saja ditetapkan sebagai kawasan Geopark (geological park) alias Taman Bumi Nasional. Saat ini ketiga objek alam tersebut tengah bersiap untuk bisa lolos menjadi bagian dari Global Geopark Network (GGN) UNESCO, badan PBB yang menangani pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.
"Pulau Merah punya panorama yang indah, kami sempat berbicara dengan penduduk lokal yang terlibat sebagai relawan ataupun lifeguard, saya terkesan karena mereka terlibat memberikan edukasi keselamatan kepada anak-anak sekolah dan pengunjung, juga mau mengajari selancar," ujarnya.
Martini juga sangat terkesan dengan Gunung Ijen serta Taman Gandrung Terakota dengan visualisasi ratusan penari Gandrung di kaki Gunung Ijen.
Bagi dia, Gunung Ijen sangat menawan dari sisi geologi, lingkungan alam, dan kehidupan warga lokalnya.
“Saya melihat kisah fantastik tentang gunung berapi, juga hutan yang indah dan mengagumkan di sepanjang perjalanan menuju Ijen," ujar Martini.
Dia menyimpulkan, Banyuwangi sangat potensial dan lengkap, baik gelogical-nya, lingkungan alamnya, warisan budaya tak benda-nya, hingga keanekaragaman hayatinya. "Saya kira Banyuwangi punya semua elemen potensial untuk menjadi bagian dari Global Geopark Network,” ujarnya.
Martini menjelaskan, dengan berupaya menjadi bagian Geopark dunia sebenarnya Banyuwangi tengah menyiapkan rumah masa depan yang mampu memberi dampak positif bagi warga.
“Sehingga bukan hanya memelihara kekayaan alam, namun juga bermanfaat bagi masyarakat setempat, mampu membangun konsep perekonomian dan pembangunan berkelanjutan dengan mengedepankan kearifan budaya lokal,” ucapnya.
Dengan menjadi jaringan geopark dunia, Banyuwangi nantinya tidak akan terjebak dalam arus turisme massal sebagaimana terjadi di banyak tempat lainnya di dunia.
“Pengelolaan di dalamnya menggunakan sistem kerja sama melibatkan masyarakat setempat. Begitu juga keberadaan rumah makan, homestay, dan pemandu wisata berbasis geopark. Mempromosikan produk lokal, mengedepankan budaya lokal sehingga masyarakat ikut merasa memiliki, bangga dan ikut menjaganya,” ujarnya.
Tahap selanjutnya, untuk bisa menjadi GGN UNESCO, kata Martini, Banyuwangi harus bisa membangun ekosistem yang mendukung.
“Kekayaan alam Banyuwangi memang sangat spesial, tapi untuk menjadi geopark semuanya harus disiapkan. Dan saya lihat tim yang bekerja untuk persiapan hal ini di Banyuwangi berjalan dengan sangat baik, semuanya kompak dan saling mendukung, baik kabupaten, pihak taman nasional, juga pihak swasta. Ini menjadi salah satu modal kunci suksesnya,” kata Martini.
Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berharap kehadiran Asesor GGN UNESCO dapat memberikan masukan sekaligus motivasi untuk bisa meningkatkan kualitas pengelolaan objek wisata di Banyuwangi agar menjadi bagian taman bumi warisan dunia.
“Dengan menjadi bagian geopak dunia, kami berharap konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan bisa terus terjaga sekaligus menyejahterakan masyarakat,” kata Anas. (*)