New York (Antara/Xinhua) - Kurs dolar AS menguat ke tingkat tertinggi 19-bulan terhadap mata uang utama lainnya di akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah permintaan terhadap mata uang "safe-haven" greenback melonjak karena pound sterling "bearish".
Pound Inggris merosot pada Jumat (14/12), karena Perdana Menteri Inggris Teresa May gagal menang atas Brussels untuk membuat penyesuaian terhadap rencana kesepakatan Brexit sebelumnya yang disetuji oleh Uni Eropa tetapi sangat ditentang oleh lawan-lawan domestiknya.
Langkah itu meredupkan harapan tawaran May untuk menyelamatkan kesepakatan yang direncanakannya dan kemudian meloloskannya di parlemen Inggris yang terpecah, ketika pemimpin yang diperangi itu baru saja selamat dari mosi tidak percaya hanya satu hari setelah ia menunda pemungutan suara parlemen atas rancangan kesepakatan tersebut.
Dengan batas waktu keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang ditetapkan hanya sekitar tiga bulan lagi pada 29 Maret tahun depan, para analis memperingatkan bahwa tidak adanya kesepakatan Brexit akan mendorong ekonomi Inggris ke dalam volatilitas yang lebih besar.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1303 dolar AS dari 1,1366 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2579 dolar AS dari 1,2660 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7178 dolar AS dari 0,7227 dolar AS.
Dolar AS dibeli 113,29 yen Jepang, lebih rendah dari 113,60 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9977 franc Swiss dari 0,9933 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3374 dolar Kanada dari 1,3355 dolar Kanada. (*)