Surabaya (Antaranews Jatim) - Juan, asal Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang sehari-harinya berprofesi sebagai buruh tani, malam ini berangkat untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama kelompok terbang (kloter) 28 Embarkasi Surabaya.
Di sela pemberangkatannya di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Kamis malam, kakek berusia 75 tahun itu mengaku tidak menyangka bakal dapat memenuhi rukun Islam kelima.
"Sebagai buruh tani, saya hanya diupah oleh pemilik sawah jika berhasil panen. Kalau sawahnya gagal panen, ya, tidak diupah," katanya.
Dia mengenang upah yang diterima dari pemilik sawah adalah sebesar Rp2,5 juta setiap panen yang biasanya berlangsung selama 3,5 bulan setelah masa tanam.
Di tahun 2010, upah hasil panennya itu langsung diserahkan kepada H Saiful, salah seorang pemilik Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) di Probolinggo. Saat itu biaya pendaftaran haji sekitar Rp25 juta. Sisa kekurangannya menggunakan dana talangan dari bank yang dijamin oleh pemilik KBIH.
Selanjutya Juan menyicil dana talangan dari bank itu semampunya setiap bulan hingga akhirnya dinyatakan lunas.
"Saya daftar naik haji sendirian. Tidak cerita ke istri dan anak-anak saya. Takut dimarahi karena untuk memenuhi hidup sehari-hari saja pas-pasan," katanya.
Menurut dia, hidupnya selama ini tergolong berkecukupan bersama seorang istri dan delapan anaknya di rumah yang terbuat dari anyaman bambu berlantai tanah di Darungan, Desa Opo Opo, Kecamatan Krejengan, Probolinggo.
Di rumahnya yang teramat sederhana itu, dia hanya memiliki harta berupa sebuah sepeda angin dan seekor sapi.
"Sapi sudah saya jual untuk menutup biaya berangkat haji," katanya.
Kini anak-anaknya justru merasa bangga menatap sosok sang ayah yang kesehariannya bertahan hidup dari pekerjaan buruh tani namun mampu memenuhi rukun Islam kelima, menunaikan ibadah haji. (*)