Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Lahan tadah hujan seluas 44 hektare di Desa Besah, Kecamatan Kasiman, Bojonegoro, Jawa Timur, bisa panen tanaman padi pada musim kemarau ini setelah memperoleh air dari Bengawan Solo dengan memanfaatkan jaringan irigasi sistem pompanisasi.
Direktur UD Anugrah Bojonegoro Ronny Kurniawan, di Bojonegoro, Jumat, menjelaskan lahan tanah hujan yang biasa dikenal warga setempat dengan nama "beran" seluas 44 hektare di desa setempat bisa ditanami tanaman padi untuk kedua kalinya.
"Sebelum itu tanah di sini hanya sekali ditanami padi dengan mengandalkan air hujan, dengan hasil produksi yang minim," ucap Manajer UD Anugrah Anwar Achadin, menambahkan.
Bahkan, lanjut dia kepada wartawan dalam kegiatan "AIP-Rural Media Field Visit East Java", tanah setempat juga terdapat tanaman pohon jati yang sekarang ditebang diganti dengan tanaman padi.
"Sekarang petani lebih memilih menanam tanaman padi karena bisa tiga kali panen dengan adanya ketersediaan air jaringan irigasi dari Bengawan Solo," ucap Ronny menegaskan.
Lebih lanjut Ronny menjelaskan jaringan sistem irigasi pompanisasi dengan mengambil air dari Bengawan Solo itu dimulai sejak 2017. Dalam kontrak dengan TIRTA dalam pengembangan jaringan sistem irigasi harus bisa mengairi sawah berkisar 350-400 hektare.
Tapi sebagian sawah di desa setempat sudah memperoleh pengairan maka bisa terealisasi seluas 210 hektare, di antaranya, seluas 44 hektare yang sebelumnya tanah "bero" atau tidak bisa ditanami di musim kemarau.
"Saya memanfaatkan tiga pompa dengan tenaga listrik dalam mengairi sawah petani dengan kapasitas 120 liter per detik," ucapnya menjelaskan.
Sistem jaringan irigasi yang dibangun dengan biaya Rp3,8 miliar, kata dia, bisa menjangkau sawah sejauh 2 kilometer dari tepi Bengawan Solo.
Dalam menanam tanaman padi itu, menurut dia, polanya dengan sistem bagi hasil kalau musim hujan 20 persen bagi pengusaha dan 80 persen petani, sedangkan musim kemarau 25 persen pengusaha dan 75 persen petani.
"Principal" Bisnis Koordinator TIRTA Bojonegoro Danang Ariawan menambahkan sistem pompanisasi yang sudah berjalan selama ini di Bengawan Solo, banyak yang gagal meskipun memanfaatkan puluhan pompa air untuk mengairi sawah petani.
"Kegagalan yang terjadi akibat sistem jaringan irigasi yang salah," ujarnya.
Pada kesempatan kunjungan itu, juga diikuti dan jajaran TIRTA di Bojonegoro, antara lain, Unit Komunikasi AIP-Rural Reza Nugraha, Direktur CV Multi Mesindo Jaya (Konsultan Irigasi dan Suplier Pompa) Cahyo Purnomo dan petani pemakai air desa setempat Jamal, Wagini, dan Kasmi.
"Team Leader" TIRTA Ahmad Nasir, sebelumnya, mengharapkan program yang dijalankan TIRTA dalam penguatan sistem irigasi bisa ditiru daerah lain untuk meningkatkan pendapatan petani secara berkelanjutan.
"TIRTA dalam menjalankan programnya bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai Pemerintah, swasta, juga pihak lainnya," ucapnya menambahkan.
TIRTA, lanjut dia, adalah program multi-tahun di bawah "Australia-Indonesia Partnership for Rural Economic Development" (AIP-RURAL) yang mendukung strategi pembangunan Pemerintah Indonesia dalam pempercepat pengentasan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif.(*)
Video Oleh Slamet Agus Sudarmojo