Tulungagung (Antaranews Jatim) - Calon Bupati Tulungagung Margiono mengaku masih optimistis unggul telak dengan rasio elektabilitas mencapai 57 persen berbanding 43 persen berdasar hasil survei independen yang diterima tim pemenangannya.
"Yang kita lihat, terakhir kan 57 - 43. (Itu) tim survei yang sempat muncul ya. (Unggul) untuk Paslon Mardiko (Margiono - Eko Prisdianto). Tapi kalau internal ya susah kalau dijadikan pegangan," kata Margiono dikonfirmasi usai kampanye akbar di lapangan GOR Lembupeteng, Tulungagung, Sabtu.
Namun Margiono tidak spesifik menyebut kapan survei dilakukan, dan lembaga apa yang melakukan penelitian elektabilitas paslon di pilkada Tulungagung dengan metode sampling maupun random (acak) tersebut.
Ketua Umum PWI yang saat ini nonaktif tersebut malah mengaku tidak menyelenggarakan survei keterpilihannya menjelang coblosan.
Ia juga mengaku tidak perduli dengan klaim kubu paslon lawan (Sahto) yang menyebut memiliki elektabilitas tinggi, jauh dari rasio keterpilihan paslon Mardiko dengan perbandingan 63 : 38 persen.
"Itu survei siapa. Kalau hasil (survei) internal apa bisa dijadikan pegangan. Survei `botoh` (spekulan/pejudi) beda lagi, survei internal apalagi. Pasti menguntungkan. Makanya kami tidak mau repot lakukan survei," ujarnya.
"Kalau nanti kami sebut unggul 55 persen banding 45 persen, lalu nanti ternyata hasilnya 80 persen banding 20 (persen), kan gak enak jadinya," lanjut Margiono beralasan.
Namun ia berkeyakinan, jumlah pemilih rasional yang tidak memiliki fanatisme ke salah satu paslon cukup besar, sekitar 40 persen.
Pemilih rasional nonpartisan tersebut menurut Margiono sampai saat ini belum menentukan pilihan.
"Kami tentu berharap mereka nanti menggunakan hak suaranya dan ikut menentukan arah politik pemerintahan lima tahun ke depan untuk menuju Tulungagung yang lebih baik," ujarnya.
Tidak ada persiapan khusus dilakukan kubu Mardiko menjelang coblosan 27 Juni.
Margiono memilih fokus menyiapkan simpatisan dan pendukungnya untuk mengikuti proses politik secara "fair play", tidak melakukan kecurangan dan mengajak warga lain yang memiliki hak pilih untuk mencoblos nomor urut 1, seperti saat peragaan cara coblos di akhir kampanye akbar yang mereka gelar.
Mergiono dan Eko Prisdianto sendiri mengakui cukup diuntungkan dengan isu korupsi yang tengah menjerat kubu lawan (Sahto), meski dalam perspektif lain diklaim justru menguatkan barisan "banteng ketaton" yang menjadi pendukung paslon nomor urut 2, Syahri Mulyo - Maryoto Bhirowo. (*)