Bangkalan (Antaranews Jatim) - Imunisasi Outbreak Response Immunization (ORI) difteri di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, tidak mencapai target, karena ditolak sejumlah pondok pesantren di wilayah itu.
"Imunisasi vaksin difteri di Bangkalan ini tidak mencapai target karena ada beberapa pondok pesantren yang menolak untuk divaksin difteri," ujar Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Bangkalan Walid Yusufi di Bangkalan, Senin.
Ia menjelaskan, banyak pengasuh pondok pesantren di Kabupaten Bangkalan tidak setuju terkait vaksin difteri itu, karena beberapa hal.
Selain karena terjadi kasus keracunan massal, seperti yang terjadi di Pamekasan, juga karena pengasuh pondok pesantren ada yang menganggap bahwa vaksi difteri itu, mengandung minyak babi.
"Padahal hukum masalah vaksin ini kan sudah jelas ada Fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)," ujar Walid.
Oleh karenanya, sambung dia, sebelum pelaksanaan imunisasi ORI difteri putaran kedua, pihaknya akan mendatangi pondok pesantren yang menolak pemberian vaksin pada tahap pertama itu.
"Kami akan mendatangi ponpes yang menolak itu, untuk memberikan pemahaman tentang imunisasi difteri tersebut, termasuk menyampaikan fakta MUI tentang pentingnya menjaga kesehatan melalui kekebalan tubuh," katanya.
Ia menjelaskan, pelaksanaan imunisasi difteri pada putaran kedua ini akan dilasanakan mulai Juli hingga September 2018. Sebelum dilaksanakan, Dinkes Bangkalan nantinya akan melakukan pencanangan terlebih dahulu.
"Nah nanti ponpes yang menolak divaksin pada putaran pertama itu akan kita undang pada pencanangan vaksin putaran kedua yang akan kita lakukan nanti setelah Lebaran ini," katanya, menjelaskan.
Menurut Walid Yusufi, imunisasi difteri sangat penting untuk menjaga kekebalan tubuh dari berbagai jenis penyakit, dan masyarakat yang belum diimunisasi vaksin difteri pada putaran pertama bisa diimunisasi vaksin difeteri pada putaran kedua.
"Sesuai dengan ketentuan, pemberian vaksin itu seharusnya tujuh kali suntikan, akan tetapi di sini baru lima kali suntikan, makanya yang tidak divaksin pada putaran pertama, akan divaksin pada putaran kedua nanti," katanya, menjelaskan.
Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang terdata pernah terserang penyakit difteri masuk dalam status kejadian luar biasa.
Pada 2018 sebanyak empat orang positif menderita difteri dan 2017 sebanyak tujuh orang menderita jenis penyakit yang mematikan itu.
Menurut Kabis P2P Dinkes Bangkalan Walid Yusufi, jumlah warga yang menjadi sasaran imunisasi Outberak ORI difteri di wilayah itu sebanyak 289.040 orang. Mereka itu usia antara satu tahun hingga 19 tahun. (*)
Imunisasi Difteri di Bangkalan Tidak Capai Target
Senin, 28 Mei 2018 22:28 WIB