Surabaya (Antaranews Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengakui roda perekonomian di Kota Pahlawan itu sedang mengalami penurunan pascateror bom yang terjadi di sejumlah lokasi sepekan lalu.
Tri Rismaharini, di Surabaya, Minggu, mengatakan peristiwa ledakan bom di tiga gereja dan Mapolrestabes Surabaya yang mengakibatkan belasan orang meninggal dan puluhan orang luka-luka tidak hanya membuat warga Surabaya sempat khawatir dan takut, tetapi juga berdampak pada roda perekonomian di Surabaya.
"Ya agak turun tapi mudah-mudahan cepat normal kembali," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap agar situasi dan kondisi di Kota Surabaya berlangsung kondusif sehingga warga bisa melakukan aktivitas seperti biasa dan juga investor tidak khawatir berinvestasi di Surabaya.
Hal sama juga dikatakan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Surabaya Jamhadi. Ia mengatakan pihaknya tidak menyangka jika selama ini Surabaya dikenal aman dan nyaman, namun menjadi target teroris.
"Dengan adanya kejadian itu tentu, semua pihak yang ada di Surabaya harus merapatkan barisan menunjukkan ke dunia luar bahwa di Surabaya aman untuk tinggal, wisata dan bisnis," katanya.
Menurut dia, salah satu yang sudah dilakukan Kadin Surabaya membangun kepercayaan dengan dunia luar adalah memberikan penjelaskan kepada para tamu luar negeri di acara pertemuan Surabaya Bisnis Forum di Hotel Bumi Surabaya pada 16 Mei 2018.
"Kami jelaskan kepada para tamu bahwa Surabaya dan Jatim aman," katanya.
Ketua Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Wilayah Jawa Timur Mohammad Supriyadi sebelumnya menyatakan aksi terorisme berupa peledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo menurunkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di Kota Pahlawan dan sekitarnya.
"Dari sisi produksi, mencegah para pekerja untuk masuk kerja atau melakukan kegiatan produksi," katanya.
Selain itu, lanjut dia, dari sisi logistik, adanya razia, pengamanan dan penutupan jalan mengganggu distribusi logistik regional. Secara makro, lanjut dia, mengganggu roda ekonomi baik mingguan, maupun bulanan, sehingga pertumbuhan ekonomi triwulanan terganggu.
"Dari sisi konsumsi juga mengurangi jumlah total konsumsi karena adanya penurunan pengunjung pada pusat perbelanjaan ritel maupun grosir," katanya. (*)