Tulungagung (Antaranews Jatim) - Dua pelaku bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo diketahui pernah mengunjungi narapidana terorisme yang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Klas II Tulungagung, Jawa Timur.
Pelaksana Harian (Plh) LP Tulungagung sekaligus Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Tulungagung Manap, Selasa mengatakan, dua teroris yang namanya tercatat di buku tamu/kunjungan LP adalah Tri Murtiono dan Budi Satrio.
Tri Murtiono adalah pelaku bom bunuh diri di pintu masuk Polrestabes Surabaya.
Sedangkan Budi Satrio adalah teroris yang ditembak mati tim Densus 88 Anti Teror di Desa Masangan, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo pada Senin (14/5).
Berdasarkan data kunjungan yang terdokumentasi secara rapi di LP Tulungaging, Tri Murtiono tercatat mengunjungi napiter Ridwan Sungkar pada 1 Maret 2017.
Sedangkan Budi Satrio dua kali mengunjungi napiter Dedi Refrizal pada 23 Februari 2016 dan 23 Juni 2016.
Namun, menurut Manap, Tri Murtiono dan Budi Satrio tidak menutup kemungkinan juga pernah berkunjung di hari yang lain.
Hal itu dikarenakan setiap ada yang mengunjungi narapidana, hanya satu identitas yang dicatat dalam pembukuan.
"Jika yang berkunjung lebih dari satu, yang tercatat di buku hanya satu. Meski semua identitas ditinggal," kata Manap.
Belum diketahui pasti motif kedua teroris tersebut mengunjungi napiter Dedi Refrizal di LP Tulungagung.
Namun, menurut informasi yang beredar, Tri Murtiono dan Budi Satrio telah jauh hari berkonsultasi kepada Dedi Refrizal yang disebut-sebut sebagai pemimpin JAT Jatim wilayah barat.
"Kami masih telusuri peranan napiter di LP Tulungagung ini terhadap rangkaian aksi teror di Surabaya dan Sidoarjo beberapa hari terakhir," ujar sumber yang tidak mau disebut namanya.
Manap mengaku biasa mengobrol dengan napiter Dedi maupun Naim Ba`asyir.
Namun, menurut dia, tak ada yang mencurigakan. Komunikasi antara ketiga napi teroris dengannya baik.
Noeim Ba`asyir bahkan sempat mengutarakan penyesalannya atas serangan bunuh diri di beberapa gereja di Surabaya.
Menurut Manap, di Lapas Klas IIb ini ada tiga napiter. Pertama, Ridwan Sungkar (pindahan dari Mako Brimob) yang divonis empat tahun penjara. Pria yang tinggal di Tulungagung tersebut paling sering dikunjungi keluarganya. Bahkan hampir setiap hari.
Kedua, Noeim Baasyir (pindahan dari Lapas Klas IIb Tuban) divonis enam tahun penjara. Ketiga, Dedi Refrizal (pindahan dari Lapas Kediri) yang divonis sembilan tahun penjara.
"Ketika salah satu napiter dikunjungi, otomatis dua napiter lainnya ikut mengobrol," katanya.
Manap menambahkan, ketiganya menempati sel bekas tahanan anak atau sel drupada. Untuk Noeim Baasyir sekamar dengan Ridwan Sungkar.
Sedangkan Dedi Refrizal berada di sel lain namun kedua kamar tersebut berdampingan.
"Sel tersebut memang permintaan mereka, yang terpenting keamanan terjaga," katanya.(*)