Jember (Antaranews Jatim) - Universitas Jember (Unej) menjalin kerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam rangka pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengembangan masyarakat khususnya di bidang metereologi, klimatologi dan geofisika.
Kerja sama itu diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara Rektor Unej Moh Hasan dan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang digelar di aula lantai 2 Gedung Rektorat dr R Achmad Kampus Unej, Jumat.
"BMKG memiliki kelebihan di bidang data dan fasilitas laboratorium mengenai meterologi, klimatologi dan geofisika, namun memiliki keterbatasan jumlah peneliti sebab tugas utamanya melakukan layanan," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jember.
Di sisi lain, lanjut dia, perguruan tinggi memiliki peneliti baik dosen maupun mahasiswa, sehingga perlu sinergi antara BMKG dengan perguruan tinggi, termasuk Universitas Jember.
"Kami memiliki banyak data dan fasilitas laboratorium, misalnya ada 200 stasiun bumi yang kami kelola dan di tiap bandara ada pencatat cuaca, serta kami juga mengoperasikan tiga Global Atmosphere Watch yang memasok beribu data," tuturnya.
Namun karena fungsi utama BMKG memberikan layanan, lanjut dia, maka masih banyak data yang belum dimanfaatkan dengan maksimal, sehingga pihaknya menyambut gembira kerja sama dengan perguruan tinggi.
"Ibaratnya kami memiliki bahan untuk dimasak, sementara perguruan tinggi memiliki kokinya," ucap Dwikorita yang juga mantan Rektor Universitas Gadjah Mada itu.
Menurutnya, kerja sama yang dijalin menjadi bagian dari pentahelix kerja sama, yakni kerja sama antara pemerintah, perguruan tinggi atau akademisi, komunitas, swasta dan filantropis.
Dwikorita lantas mencetuskan istilah literasi iklim karena menurutnya kesadaran akan pentingnya data iklim di Indonesia belum terbangun dengan baik, oleh karena itu butuh dukungan semua pihak untuk mempopulerkan literasi iklim.
"Dari pengalaman saat menjadi Rektor UGM, maka mahasiswa menjadi agen penyebar pengetahuan melalui program kuliah kerja nyata, sehingga kami berharap program-program BMKG dapat tersebar luas dengan bantuan mahasiswa Unej melalui program kuliah kerja nyata," kata pakar masalah kerentanan tanah akibat gempa bumi itu.
Seusai penandatanganan nota kesepahaman, Kepala BMKG memberikan kuliah umum bagi dosen dan mahasiswa Unej dan dalam kesempatan itu, Dwikorita menjelaskan salah satu program BMKG dalam memanfaatkan big data, internet of thing dan artificial intelligence, untuk mengembangkan bidang metereologi, klimatologi dan geofisika.
"Salah satunya `crowdfunding information` di bidang iklim dan cuaca. Bayangkan ada 140 juta pengguna smartphone di Indonesia, jika sepuluh persen saja memasang aplikasi sensor cuaca dan meneruskan ke BMKG, maka analisis iklim dan cuaca oleh BMKG akan lebih cepat, tepat dan akurat," katanya.
Begitu pula dengan peringatan dini akan bencana juga akan diterima lebih awal oleh masyarakat, sehingga analisa data itu juga membuka kesempatan penelitian lintas disiplin.
Rektor Unej Moh Hasan menyambut baik kerja sama tersebut karena bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika sangat terkait dengan banyak disiplin ilmu yang ada di Universitas Jember.
"Misalnya saja, Unej memiliki perhatian pada pengembangan pertanian dan perkebunan yang saat ini dihadapkan pada perubahan iklim dan kerentanan bencana, yang berpotensi mengancam bidang pertanian dan perkebunan," katanya.
Selain itu, Fakultas Teknik juga sedang mengembangkan alat deteksi dini bencana untuk Jember yang termasuk dalam wilayah yang rentan bencana, sehingga kerja sama dengan BMKG sangat strategis bagi pengembangan beragam disiplin ilmu di Kampus Tegalboto Unej. (*)