Surabaya (Antaranews Jatim) - Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya Prof Abd A`la menyatakan imbauan untuk tidak bercadar bagi mahasiswa semata-mata untuk keefektifan komunikasi dalam proses belajar mengajar.
A`la yang ditemui di kampus setempat, Kamis mengatakan imbauan itu agar dosen dengan mahasiswanya serta mahasiswa dengan sivitas akademika betul-betul mengenal.
"Maka kami mengimbau dekan, karena ada keluhan dari beberapa dosen. Bahkan mahasiswa pun mengeluh bahwa untuk komunikasi (dengan mahasiswa bercadar) yang efektif tidak begitu tercapai," katanya.
A`la sendiri mengaku kurang begitu nyaman ketika bertemu orang tidak dikenal. Misalnya ketika lewat telepon, A`la meminta janjian ketemu, selebihnya lebih baik bertatap muka (face to face).
"Dalam konteks itu, larangan bercadar atau imbauan tidak bercadar, sebagai bagian dari proses belajar yang efektif. Jadi lebih komunikasi efektif," ujarnya.
Menurut A'la, bisa saja orang yang bercadar itu kurang pemahaman terhadap agama atau punya semangat yang tinggi tapi pemahaman agamanya kurang. Dicontohkan, bercadar dianggap itu sunnah Rasulullah, padahal itu masalah yang berbeda.
Banyak ulama berpendapat wajah dan muka bukan aurat, dan dalam shalat jelas tidak boleh menutup muka. "Secara logika menghadap Tuhan saja harus membuka muka, apalagi ke sesama manusia. Saya tidak bisa membayangkan. Dengan orang bercadar, besok ketemu lagi belum tentu akan mengenalinya," ucapnya.
Meski begitu, dia kembali menegaskan, kebijakan imbauan itu lebih pada persoalan komunikasi, sedangkan mengenai persoalan ideologi tidak ada tawar menawar. Tidak ada larangan bercadar di kampusnya dan belum berpikir ke arah sana, begitu juga saat penerimaan mahasiswa baru. "Tidak sekeras itu. Tidak menentukan lulus atau tidaknya," kata A'la menambahkan.(*)