"Yang PKH ada perluasan karena di pusat awalnya 6 juta menjadi 10 juta penerima. Di Kediri yang dapat PKH 4.882 jiwa, tapi itu ada penambahan 5.680. Namun setelah diverifikasi hanya sekitar 3.600 penerima," kata Kepala Dinas sosial Kota Kediri Triono Kutut di Kediri, Selasa.
Ia mengatakan, penerima PKH setiap tiga bulan sekali mendapatkan Rp500 ribu. Bantuan itu diberikan agar keluarga mereka lebih sejahtera. Untuk bantuan itu di Kota Kediri, juga sudah diberikan sejak awal Februari 2018 pada seluruh penerima.
Triono juga menambahkan, warga yang menerima PKH juga dapat bantuan lainnya termasuk bantuan pangan nontunai (BPNT). Penerima program BPNT tersebut akan mendapatkan beras sebanyak 10 kilogram serta telur. Bantuan itu juga diberikan ke masyarakat secara nontunai. Mereka hanya tinggal menunjukkan kartu pada petugas dan bantuan akan diberikan.
Dalam bantuan tahun ini, penerima BPNT juga mendapatkan telur ayam. Hal itu berbeda dibanding penerimaan sebelumnya yang mendapatkan beras dan gula pasir. Pemberian telur ayam itu diberikan atas instruksi dari pusat.
"Yang dapat BPNT ada beras 10 kilogram dan telur. Kalau yang BPNT berupa telur itu adalah kebijakan baru dan rencana mau diberikan sebanyak 2 kilogram, tapi karena harga beras terus naik, akhirnya hanya dapat beras saja. Mereka masih ada sisa Rp13 ribu disimpan," kata dia.
Pemberian BPNT tersebut juga sudah diberikan pada warga penerima, pertengahan Februari 2018. Setiap warga bisa mengambil hak mereka di tempat yang telah disesuaikan, di masing-masing tempat yang telah ditunjuk sesuai dengan alamat rumah.
Warga yang terdata tidak mampu di Kota Kediri, selain mendapatkan PKH, BPNT, juga mendapatkan kartu Indonesia sehat (KIS) sebagai program pelayanan kesehatan untuk kelas tiga. Mereka tidak harus membayar karena untuk program kesehatan sudah dianggarkan oleh pemerintah.
Triono juga menyebut, mereka juga berkesempatan mendapatkan program rumah tidak layak huni dan beragam program bantuan lainnya. Dengan itu, mereka diharapkan bisa lebih sejahtera dan tidak lagi menjadi keluarga yang tidak mampu. (*)