"Nah itu ada yang bawa kantong plastik, ayo ke sana dan kita ambil kemudian diganti dengan kantong kain," ujarnya sembari berlari ke arah pengunjung Taman Bungkul di Jalan Raya Darmo yang menenteng kantong plastik.
Mantan model dan bintang film tersebut langsung mengganti kantong plastik warga itu dengan kantong kain sekaligus memberi nasihat agar tak lagi menggunakannya.
"Kantong plastik itu jahat karena tidak bisa terurai dalam waktu singkat, termasuk berdampak sangat buruk bagi lingkungan, terutama biota di laut," ucapnya.
Arzeti tak sendirian, ia ditemani puluhan aktivis dari komunitas Indonesia Smile Club (ISC) yang dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional 2018 melakukan kampanye diet plastik, khususnya tas kresek.
Para aktivis dan relawan juga membagikan 300 tas kain dan menukarnya dengan kantong plastik, sekaligus berharap pemerintah segera mengeluarkan aturan tentang pembatasan pemakaian tas kresek.
"Harapannya warga Surabaya untuk memakai tas yang bisa dipakai berulang kali. Uji coba kantong plastik berbayar di toko modern di 22 daerah tahun lalu terbukti mampu menurunkan pemakaian tas kresek sampai 40 persen secara nasional, dan di Surabaya mencapai 60 persen," katanya.
Sementara itu, berdasarkan penelitian Yulinah Trihadiningrum pada 2012, sampah permukiman di Surabaya sejak tahun 1988 hingga 2010 terjadi peningkatan jumlah sampah plastik sebanyak dua kali lipat selama dua dekade.
Dalam satu hari, sampah plastik di Surabaya mencapai 400 ton. Dengan jumlah penduduk tiga juta jiwa maka jumlah tas kresek dibuang di Surabaya mencapai 2,1 miliar, kurang dari 10 persennya yang bisa didaur ulang. Sedangkan sisanya menumpuk di TPA Benowo, atau dibuang ke lahan kosong dan masuk ke sungai lalu bermuara di laut. (*)
Video Oleh Fiqih Arfani