Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini didesak aktivis lingkungan untuk mengeluarkan peraturan wali kota (Perwali) terkait gerakan diet plastik sekali pakai di Kota Pahlawan, Jawa Timur.
Aktivis lingkungan dari Komunitas Nol Sampah Surabaya Hanie Ismail di Surabaya, Rabu, mengatakan, jika ada perwali akan lebih kuat untuk mendorong masyarakat Surabaya melakukan diet plastik sekali pakai yang berbahaya bagi lingkungan.
"Hal itu juga sudah diamanatkan dalam Perda Pengolahan Sampah di Surabaya," kata Hanie Ismael.
Wali Kota Surabaya sebelumnya telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 660.1/7953/436.7.12/2019 tanggal 13 Agustus 2019 Tentang Imbauan Pelarangan Penggunaan Kantong Plastik Sekali Pakai.
Surat edaran wali kota tersebut merupakan tindak lanjut dari Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Kota Surabaya.
Menurut Hanir, larangan atau pembatasan tas kresek dan plastik sekali pakai sudah berlaku di sejumlah kota di Indonesia seperti halnya Kota Banjarmasin, Denpasar, Bogor, dan beberapa kota lainnya.
"Sudah banyak negara yang melakukan hal ini baik berupa larangan atau pembatasan. Terbukti bisa mengurangi pemakaian tas kresek ataupun plastik sekali pakai. Bahkan di Kota Banjarmasin setelah setahun dihitung ternyata bisa mengurangi pemakaian tas kresek di toko modern sampai 52 juta lembar," katanya.
Hanie mengatakan satu orang di Indonesia menghasilkan 700 sampah tas kresek per tahun. Dengan penduduk 3 juta jiwa, maka sampah tas kresek di Surabaya mencapai 2,1 miliair. Jumlah yang sangat fantastik dan jumlah itu akan terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat kota.
Terbukti, sampah tas kresek tersebut terlihat menumpuk di kawasan hutan mangrove dan membunuh ribuan anak mangrove yang baru tubuh atau baru ditanam. Bukti lain, jerapah satu-satunya koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS) mati dan ketika dibedah dalam lambungnya ditemukan 20 kilogram tas kresek. Fakta lain Paus Sperma ditemukan mati tahun 2018 di Wakatobi.
Dosen Teknik Lingkungan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Yulinah Trihadiningrum menyebutkan berdasarkan beberapa penelitian disebutkan sampah plastik di Surabaya pada 1988 hanya 5,6 persen dari total sampah di Surabaya.
Pada 2006 meningkat menjadi 10,1 persen dan 2010 meningkat menjadi 12,4 persen. Meskipun, hanya 12,4 persen dari sampah di Surabaya, namun karena berat jenisnya yang rendah volume sampah plastik membutuhkan ruang 25-35 persen.
Sampah plastik butuh waktu ratusan tahun untuk bisa terurai, sehingga tumpukan sampah yang dominan di TPA Benowo Surabaya adalah sampah plastik. Dari tahun ke tahun sampah plastik di Surabaya terus bertambah. Saat ini diperkirakan mencapai 15-17 persen dari sampah yang ada atau sekitar 400 ton per hari.
Wali Kota Surabaya didesak keluarkan Perwali diet plastik sekali pakai
Rabu, 30 Oktober 2019 18:17 WIB
Hal itu juga sudah diamanatkan dalam Perda Pengolahan Sampah di Surabaya