Surabaya (Antaranews Jatim) - Pemerintah Kota Surabaya akan menambah sejumlah hutan kota dan waduk di sejumlah kawasan sebagai solusi menangani banjir di Kota Pahlawan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, di Surabaya, Minggu, mengatakan Pemkot Surabaya melakukan beberapa treatment untuk menangani banjir di Surabaya salah satunya adalah membuat hutan kota dan membuat waduk.
"Apabila Surabaya ingin selamat dari bencana, maka harus menanam pohon-pohonan di semua wilayah. Kami akan terus menambah hutan kota itu di beberapa titik di Kota Surabaya," katanya.
Risma sendiri baru-baru ini telah meresmikan hutan kota di Jalan Lempung Perdana, Kelurahan Lontar, Kecamatan Sambikerep pada Kamis (1/2). Ada sekitar 1.000 pohon yang sudah ditanaman di hutan kota tersebut. Penanaman tersebut akan bertahap hingga mencapai 4.000 pohon.
Risma mengaku sengaja membuat hutan kota di Jalan Lempung Perdana karena memang di daerah itu seringkali terjadi banjir. Selain itu, di daerah itu juga merupakan salah satu kawasan tertinggi di Kota Surabaya.
Harapannya, lanjut dia, apabila ada hutan kota di situ, maka pohon-pohonnya bisa menyerap air dan tidak turun ke kawasan yang lebih rendah, sehingga kawasan yang ada di bawahnya bisa lebih mudah dikendalikan.
"Teorinya memang seperti itu. Seperti hutan-hutan di gunung kan seperti itu. Begitu hutan itu gundul, maka kemudian muncul air bah dan juga longsor," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya Joestamadji menjelaskan pohon-pohon ditanam di hutan kota ini adalah pohon atau tanaman yang produktif seperti buah jambu, blimbing, Matoa dan beberapa jenis lainnya.
Menurut dia, lokasi hutan kota itu nantinya akan menjadi tempat wisata dan hutan kota yang hijau. "Makanya, nanti kalau sudah ditinggikan dan konturnya sudah bagus, maka kami akan tindaklanjuti dengan penanaman," katanya.
Pembangunan hutan kota semacam itu, sebenarnya sudah ada di beberapa tempat di Surabaya, di antaranya berada di Pakal 1 dan Pakal 2, di Sambikerep, Kelurahan Jeruk, dan Sumur Welut.
Dari semua hutan kota itu, lanjut dia, semua konsepnya sama, yaitu semuanya ada waduknya untuk mengendalikan air.
"Jadi, siklus hidrologinya terpenuhi, hujan turun di pohon, turun pelan-pelan masuk ke waduk terjadi penguapan, turun lagi siklusnya jadi hujan, tapi tetap kami punya air tanah," katanya. (*)