Surabaya (ANTARA) - Young Budhhist Association bersama LSM Ecoton melepaskan ribuan jenis ikan di Wisata Kebun Raya Mangrove (KRM) Gunung Anyar, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu.
Salah satu panitia Fangsheng dari Young Budhhist Association Billy Lukito Joeswanto mengatakan, pelepasan ikan ini dilakukan demi menjaga ekosistem hayati, khususnya di kawasan mangrove terbesar di pulau Jawa.
"Selain itu juga untuk melestarikan Tradisi Fang Sheng yang merupakan salah satu tradisi agama Buddha," kata Billy.
Pada kegiatan ini, Young Budhhist Association juga menggandeng sejumlah elemen masyarakat lainnya, mulai dari Gusdurian Peduli hingga Roemah Bhinneka.
Secara beriringan, para muda-mudi Buddhis bersama berbagai elemen masyarakat itu menaiki kapal nelayan setempat untuk melepaskan ribuan ikan ke muara Mangrove Gunung Anyar.
Billy menjelaskan, bahwa ribuan satwa air yang dilepas itu di antaranya ikan nila, patin, bawal, gabus, bulus, biawak, dan kepiting. Satwa ini didapatkan dan dibeli dari tambak, suplier dari berbagai supermarket dan restoran-restoran yang ada di Kota Surabaya dan sekitarnya.
Ia mengatakan total donasi dari 72 donatur mengumpulkan 200 kilogram ikan nila, 200 kilogram ikan patin, 100 kilogram ikan bawal, 241 ekor biawak, 150 ekor bulus, dan 500 ekor kepiting.
"Pada saat pelepasan, kami bersama Bhante Nyana Dharmamaitri Mahathera untuk memanjatkan doa bersama, agar semua satwa diberkati karena sudah terjalin jodoh dengan para peserta yang memiliki niat mulia untuk ingin melepas mereka sesuai dengan ekosistem yang sudah tervalidasi oleh pihak Ecoton,” kata Billy.
Ia meyakini bahwa ikan-ikan yang akan disembelih dan dikonsumsi itu sangat menderita sehingga dibebaskan ke lingkungan habitatnya. Tujuannya, agar ikan ini bisa melanjutkan hidup, berkembang biak dan memberi banyak manfaat kepada alam.
Kegiatan ini merupakan salah satu ritual Agama Buddha yang dikenal dengan melepaskan makhluk hidup kembali ke alam bebas atau ke habitat aslinya.
"Ritual ini dalam agama kami dikenal dengan Fang Sheng, yaitu kegiatan melepaskan satwa yang terancam terbunuh ke alam bebas agar kita sebagai manusia terhindar dari mara bahaya dan mendapatkan kebaikan karena menolong mahkluk yang menderita," ujarnya.
Sementara itu, Staf Operasional Pengadministrasian Kebun Raya Mangrove Surabaya Ani Sofiatun menjelaskan, kawasan Mangrove Gunung Anyar ini merupakan kawasan Mangrove yang terbesar se-Pulau Jawa. Hal itu sudah divalidasi oleh tim peneliti LIPI dan Yayasan Kebun Raya Indonesia.
“Makanya kami berharap kawasan mangrove ini selain bisa dimanfaatkan untuk obyek wisata banyak warga Surabaya atau komunitas masyarakat, juga bisa dimanfaatkan untuk pelepasan satwa yang aman dari perburuan illegal serta penanaman pohon mangrove untuk mencegah abrasi,” kata Ani.
Aksi pelepasan ribuan ikan ini mendapat apresiasi dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang fokus dalam keberlangsungan lingkungan dan kehidupan hayati, yakni Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton).
Ketua Ecoton Prigi Arisandi menuturkan kegiatan yang dilaksanakan ini sangat positif dan patut diapresiasi. Apalagi, wilayah Mangrove Gunung Anyar ini merupakan kawasan suaka hewan, tempat perlindungan beberapa jenis spesies hewan, seperti bulus yang tidak boleh diburu di kawasan ini.
"Tentu kegiatan melepaskan ikan dan bulus ini bisa membantu menyelaraskan harmoni ekosistem keanekaragaman hayati di muara Mangrove. Ini patut dicontoh," katanya. (*)