Surabaya (Antaranews Jatim) - Badan Koordinasi Pelayanan dan Penanaman Modal (BKPPM) Kota Surabaya mengevaluasi adanya penurunan penanaman modal asing (PMA) di Kota Pahlawan.
Kepala BKPPM Surabaya EKo Agus Supiadi, di Surabaya, Kamis, mengatakan sebanyak 40 persen dari dari 20 PMA yang berencana investasi ternyata mengurungkan niatnya untuk melanjutkan investasinya di Kota Pahlawan selama 2017.
"Sudah ada rencana menanam investasinya di Surabaya. Namun sampai pada periode tertentu, investor ini tidak melakukan 'action' bisnisnya sehingga masuk kategori fiktif," katanya.
Menurut dia, BKPPM Surabaya dalam hal ini tak bisa berbuat banyak karena berbagai sebab di antaranya semua perizinan investasi menyangkut modal asing tidak dilakukan di Surabaya melainkan terpusat di Jakarta.
"Kami hanya menerima tembusan saja terkait rencana investasi modal asing," katanya.
Selanjutnya, lanjut dia, mereka diwajibkan membuat Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). Laporan itu selain dilaporkan ke BKPPM juga ke provinsi dan pusat.
"Dari laporan ini kemudian diketahui kalau perusahaan itu ada atau tidak," ujarnya.
LKPM sendiri berupa masa kontruksi yang wajib dilaporkan setiap tiga bulan sekali, sedangkan masa produksi harus dilaporkan enam bulan sekali. Kalau laporan itu tidak pernah dibuat apalagi setelah dicek ke lokasi ternyata tidak aktivitas maka investasi ini dipastikan tidak ada.
Untuk menghentikan investasi fiktif ini sendiri, lanjut dia, BKPPM Kota Surabaya tidak bisa leluasa melakukannya sebab para investor ini bermodal asing alias dari luar negeri, yang kantornya tidak berada di Surabaya.
Pembinaan pembinaan yang dilakukan selama ini hanya menjangkau pengusaha lokal atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). "Investor yang urung menanamkan modalnya di Surabaya dipastikan semua dari PMA. Kalau PMDN tidak ada karena mereka aktif mengikuti dan sering mendapat pembinaan dari kami," ujarnya.
Dari data yang ada di BKPPM Kota Surabaya, investasi tahun 2017 dari target Rp21,84 triliun tercapai Rp42,15 triliun meliputi PMDN dan PMA. Untuk tahun 2018 ini target investasi meningkat 6-10 persen dibanding tahun sebelumnya.
Potret investasi yang masih berpotensi di Surabaya di antaranya properti, restoran, rumah sakit, pendidikan dan perbankan asing dengan area Surabaya Barat, Pusat dan Timur. (*)