Pamekasan (Antara Jatim) - Umat Kristiani di Pamekasan, Jawa Timur Minggu malam bakal menggelar Misa Natal, guna merayakan malam kelahiran Yesus Kristus yang diyakini sebagai juru penyelamat manusia oleh penganut agama ini.
Ketiga gereja itu masing-masing Gereja Katolik St. Maria Ratu Para Rasul di Jalan Jokotole No. 2 Pamekasan lalu Gereja Sidang Persekutuan Injili Indonesia, Jalan Kamboja No. 24, serta Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Mahkota Hayat di Jalan Jokotole No. 85 Pamekasan.
"Waktu pelaksanaanya mulai pukul 19.00 WIB malam ini, sesuai dengan laporan yang disampaikan kepada kami di Mapolres Pamekasan," kata Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polres Pamekasan Kompol Sarpan kepada Antara di Pamekasan, Minggu siang.
Pelaksanaan Misa Natal di Gereja Jemaah Mahkota Hayat mulai pukul 17.00 WIB hingga selesai, di Geraja Maria Ratu Para Rasul mulai pukul 20.00 WIB, sedangkan di Geraja Persekutuan Injil perayaan mulai pukul 17.00 WIB.
Sarpan menjelaskan, pihaknya telah menerjunkan tim pengamanan khusus ketiga tempat ibadah umat Kristiani tersebut, guna mengamankan sekitar lokasi kejadian.
Mereka itu merupakan gabungan dari unsur polisi, TNI, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) dan Dinas Perhubungan (Dishub) Pemkab Pamekasan.
"Pengamanan di tempat-tempat ibadah umat Kristiani di Pamekasan ini sudah kami lakukan mulai kemarin," ujar Sarpan, menjelaskan.
Malam Natal adalah malam sebelum hari kelahiran Yesus, dirayakan pada tanggal 24 Desember oleh gereja Kekristenan Barat.
Salah satu alasan perayaan Malam Natal karena hari liturgi tradisional dimulai sejak matahari terbenam yang merupakan sebuah peninggalan dari tradisi Yahudi.
Tradisi ini didasarkan pada kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian yang menyebutkan bahwa Allah menamai terang itu siang, dan gelap.
Dalam tradisi Ritus Timur, hari liturgi ini dimulai dari matahari terbenam hingga matahari terbenam keesokan harinya. Tradisi memulai perayaan Natal pada malam sebelumnya bertahan di gereja Kekristenan Barat yang telah mengubah awal hari liturgi menjadi tengah malam, seperti Gereja Katolik Roma. (*)