Beijing, (Antara) - Indonesia mencukupi 80 persen dari seluruh kebutuhan sarang burung walet masyarakat China sepanjang tahun ini.
"Konsumsi China mencapai 800 ton sepanjang tahun ini, sekitar 80 persen dari Indonesia. Sisanya dari Malaysia, Vietnam, dan Thailand," kata General Manager Kalimantan Nest Trading, Jerry Hidayat, kepada Antara Beijing, Minggu.
Menurut salah satu pemasok sarang burung dari Indonesia yang berkantor di Shanghai tersebut, pasar sarang burung walet di China terus berkembang sehingga kesempatan pengusaha dari Indonesia untuk memasuki pasar di daratan Tiongkok itu masih sangat terbuka.
Indonesia baru bisa mengekspor langsung sarang burung yang sangat berkhasiat bagi kesehatan tubuh itu pada September 2014.
Indonesia dan Malaysia bersaing ketat memasok komoditas yang disebut juga dengan "emas putih" tersebut ke China.
Pada 2015 baru tercatat tiga perusahaan Indonesia yang mengantongi izin ekspor langsung ke China, sedangkan Malaysia sembilan perusahaan.
Lalu pada 2016, enam perusahaan dari Indonesia mendapatkan izin ekspor langsung, sedangkan Malaysia sudah 16 perusahaan.
"Tapi pada saat itu, satu perusahaan Indonesia skalanya besar. Satu perusahaan bisa mempekerjakan 300 orang," ungkap Jerry.
Pada tahun 2017, Indonesia memimpin ekspor sarang burung walet setelah China mengeluarkan larangan ekspor selama enam bulan untuk Malaysia karena produknya terkontaminasi virus flu burung.
"Tahun ini momentum bagi kita dengan membukukan nilai ekspor 60 juta dolar AS, sedangkan Malaysia hanya 20 juta dolar AS," ujarnya.
Sarang burung yang diekspor ke China berasal dari rumah-rumah burung walet yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi yang proses produksinya dilakukan di Jawa Tengah.
Sejak era Dinasti Qing berkuasa, masyarakat China sudah mengonsumsi sarang burung walet untuk menjaga kesehatan tubuh. Kini sarang burung walet menjadi menu favorit di restoran-restoran China.
Selain untuk konsumsi langsung, sarang burung walet menjadi bahan baku kosmetik dan produk kecantikan lainnya.
Saat ini harga eceran sarang burung walet di Beijing dijual sekitar 180 RMB (Rp360 ribu) per gram.
"Masyarakat China menyukai sarang burung walet dari Indonesia karena kualitasnya lebih terjamin," ucap Jerry, menambahkan.
Demikian pula dengan Konsul Jenderal RI di Shanghai, Siti Nugraha Mauludiah, mendorong para pengusaha sarang burung walet di Indonesia untuk memasuki pasar China.
"Kami yakin pasar China sangat terbuka lebar bagi Indonesia karena sarang burung yang diekspor hanya kualitas premium sesuai dengan standar keamanan pangan internasional," ujarnya.(*)
80 Persen Kebutuhan Sarang Walet China Dicukupi RI
Minggu, 17 Desember 2017 11:40 WIB