Kediri (Antara Jatim) - Wakil Wali Kota Kediri Lilik Muhibbah mengajak masyarakat untuk tidak
menjauhi penderita HIV/AIDS dan mendampingi mereka, sehingga mereka
tidak merasa terkucilkan akibat sakit yang dideritanya.
Wawali meminta seluruh kader atau relawan peduli AIDS ikut membantu Pemerintah Kota Kediri untuk menjadikan Kota Kediri lebih sehat dengan meminimalkan penyebaran penyakit "Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome" HIV/AIDS di kota ini, dengan selalu memberikan edukasi kepada masyarakat.
"Dari tahun ke tahun penderita AIDS menurut laporan dari KPAD semakin berkurang, kalaupun masih ada itu berarti mereka yang berani melaporkan tentang adanya AIDS yang ada di lingkungan sekitar," katanya dalam kampanye publik peduli AIDS di Taman Sekartaji Kota Kediri, Jawa Timur, Senin.
Ia mengatakan, pemerintah kota memang melibatkan kader untuk memberikan edukasi tentang bahaya penyakit HIV/AIDS. Kader tersebut juga menyebar baik di tingkat RT hingga daerah. Mereka adalah para kader warga peduli AIDS (WPA) baik di RT, RW dan kelurahan.
Diharapkan, para kader bisa memberikan edukasi pada warga, salah satunya mengajak agar tidak menjauhi mereka yang terkena HIV/AIDS. Penderita harus didampingi, sehingga mereka tidak merasa terkucilkan.
Sementara itu, Sekretaris KPAD Kota Kediri Suhartono mengemukakan temuan HIV/AIDS di Kota Kediri cukup banyak. Sejak 2003 hingga April 2017, jumlah temuan tersebut mencapai 910 orang dengan beragam profesinya.
Mereka bisa merupakan pelanggan (dari wanita pekerja seksual), wiraswasta, bahkan, ada yang ibu rumah tangga.
Ia menambahkan, temuan tersebut juga menunjukkan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya. Mereka tidak merasa malu, guna memastikan kesehatan mereka.
"Temuannya cukup banyak, salah satunya dipengaruhi oleh partisipasi aktif para kader, seluruh satuan kerja, puskesmas, KPAD, hingga dari penderita sendiri. Orang-orang tes kan tidak malu. Ini artinya tingkat kesadaran masyarakat besar dan informasi yang kami berikan ke masyarakat juga sampai," ujarnya.
Relawan penanggulangan HIV/AIDS yang tergabung dalam warga peduli AIDS Kota Kediri mengampanyekan cara menghadapi ODHA (orang dengan HIV/AIDS), salah satunya dengan slogan "Jauhi penyakitnya jangan orangnya". Kegiatan itu merupakan rangkaian peringatan Hari AIDS se-dunia.
Relawan tersebut menggelar kampanye yang dikemas menjadi sebuah pertunjukkan seni peran di taman tersebut. Dalam kampanye itu menginformasikan bahwa penderita AIDS tidak seharusnya dijauhi, melainkan diberi edukasi agar tidak menularkan ke orang lain.
Selain itu, dijelaskan pula tentang penularan penyakit AIDS, misalnya melalui hubungan seksual, transfusi darah, suntikan dan melalui ibu yang sebelumnya sudah mengidap HIV. Dimungkinkan, anak yang dikandungnya akan terkena HIV/AIDS, jika tanpa perawatan yang benar. Edukasi lainnya, dijelaskan bahwa penyakit AIDS tidak dapat tertular apabila hanya sekedar makan, minum, berjabat tangan dengan orang yang menderita penyakit tersebut.
Para relawan tersebut berasal dari kalangan ibu-ibu kelurahan, mahasiswa, maupun dari organisasi masyarakat yang konsentrasi di bidang penaanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS. (*)
Wawali meminta seluruh kader atau relawan peduli AIDS ikut membantu Pemerintah Kota Kediri untuk menjadikan Kota Kediri lebih sehat dengan meminimalkan penyebaran penyakit "Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome" HIV/AIDS di kota ini, dengan selalu memberikan edukasi kepada masyarakat.
"Dari tahun ke tahun penderita AIDS menurut laporan dari KPAD semakin berkurang, kalaupun masih ada itu berarti mereka yang berani melaporkan tentang adanya AIDS yang ada di lingkungan sekitar," katanya dalam kampanye publik peduli AIDS di Taman Sekartaji Kota Kediri, Jawa Timur, Senin.
Ia mengatakan, pemerintah kota memang melibatkan kader untuk memberikan edukasi tentang bahaya penyakit HIV/AIDS. Kader tersebut juga menyebar baik di tingkat RT hingga daerah. Mereka adalah para kader warga peduli AIDS (WPA) baik di RT, RW dan kelurahan.
Diharapkan, para kader bisa memberikan edukasi pada warga, salah satunya mengajak agar tidak menjauhi mereka yang terkena HIV/AIDS. Penderita harus didampingi, sehingga mereka tidak merasa terkucilkan.
Sementara itu, Sekretaris KPAD Kota Kediri Suhartono mengemukakan temuan HIV/AIDS di Kota Kediri cukup banyak. Sejak 2003 hingga April 2017, jumlah temuan tersebut mencapai 910 orang dengan beragam profesinya.
Mereka bisa merupakan pelanggan (dari wanita pekerja seksual), wiraswasta, bahkan, ada yang ibu rumah tangga.
Ia menambahkan, temuan tersebut juga menunjukkan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya. Mereka tidak merasa malu, guna memastikan kesehatan mereka.
"Temuannya cukup banyak, salah satunya dipengaruhi oleh partisipasi aktif para kader, seluruh satuan kerja, puskesmas, KPAD, hingga dari penderita sendiri. Orang-orang tes kan tidak malu. Ini artinya tingkat kesadaran masyarakat besar dan informasi yang kami berikan ke masyarakat juga sampai," ujarnya.
Relawan penanggulangan HIV/AIDS yang tergabung dalam warga peduli AIDS Kota Kediri mengampanyekan cara menghadapi ODHA (orang dengan HIV/AIDS), salah satunya dengan slogan "Jauhi penyakitnya jangan orangnya". Kegiatan itu merupakan rangkaian peringatan Hari AIDS se-dunia.
Relawan tersebut menggelar kampanye yang dikemas menjadi sebuah pertunjukkan seni peran di taman tersebut. Dalam kampanye itu menginformasikan bahwa penderita AIDS tidak seharusnya dijauhi, melainkan diberi edukasi agar tidak menularkan ke orang lain.
Selain itu, dijelaskan pula tentang penularan penyakit AIDS, misalnya melalui hubungan seksual, transfusi darah, suntikan dan melalui ibu yang sebelumnya sudah mengidap HIV. Dimungkinkan, anak yang dikandungnya akan terkena HIV/AIDS, jika tanpa perawatan yang benar. Edukasi lainnya, dijelaskan bahwa penyakit AIDS tidak dapat tertular apabila hanya sekedar makan, minum, berjabat tangan dengan orang yang menderita penyakit tersebut.
Para relawan tersebut berasal dari kalangan ibu-ibu kelurahan, mahasiswa, maupun dari organisasi masyarakat yang konsentrasi di bidang penaanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS. (*)