Probolinggo (Antara Jatim) - Potensi luas lahan tebu di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur mencapai 9.802 hektare dari luas area yang ditanami tebu 2.663,778 hektare dan lahan yang dikembangkan 7.305,105 hektare yang tersebar di 21 kecamatan di wilayah setempat.
"Animo petani masih tinggi untuk menanam tebu, tetapi mereka masih ragu-ragu karena ketidakjelasan prospek tanaman tebu ke depan," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari melalui Kasi Tanaman Perkebunan Semusim Evi Rosellawati di Probolinggo, Sabtu.
Menurutnya keberadaan tiga pabrik gula (PG) di Kabupaten Probolinggo yakni PG Padjarakan, PG Wonolangan dan PG Gending membutuhkan bahan baku yang sangat banyak, tetapi karena produksi lokal sedikit maka tiga PG tersebut mengambil bahan baku dari luar.
"Data luas dan produksi tebu giling tahun 2017 dari 3 PG yakni luas tertebang lokal 3.321,536 ha dengan produksi 238.413,29 ton dan luas tertebang luar 1.666,453 ha dengan produksi 255.490,46 ton," katanya.
Rendemen tanaman tebu di Probolinggo rata-rata mencapai 7,05 persen, sehingga totalnya mencapai luas tertebang 4.987,989 hektare dengan produksi tebu 493.903,75 ton.
Untuk memasok bahan baku tebu, lanjut dia, pabrik gula di wilayah Kabupaten Probolinggo sangat kesulitan mencari luas areal tebu, sehingga masih tergantung pasokan tebu dari luar daerah seperti Lumajang, Pasuruan, Kota Probolinggo dan lainnya.
"Pihak PG sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah, mungkin berupa Perda Pembatasan Tebu dalam wilayah Kabupaten Probolinggo yang digiling ke luar daerah dan sebagai upaya program kegiatan pengembangan areal tebu. Disamping program subsidi bibit untuk mengganti bibit yang sudah harus dibongkar (produktivitasnya sudah menurun)," ujarnya.
Kendati demikian, lanjutnya, terdapat permasalahan dalam budi daya tebu yang sangat kompleks seperti ketidakpahaman para petani dalam melakukan sistem budi daya yang salah satunya mengakibatkan turunnya rendemen karena tebu yang seharusnya dipanen maksimal 3-4 kali oleh petani dijadikan 8 kali.
Kemudian ketersediaan bibit yang bermutu dan berkualitas sangat kurang, serta sarana produksi sering terlambat.
Evi mengatakan syarat tumbuhnya standar dari tanaman tebu adalah iklim cenderung panas dengan suhu 25-28 derajat celcius, curah hujan 100 mm per tahun, serta kondisi tanah aluvial, regosol, podsolik atau mediteran.
"PH tanah 6,4-7,7 dan tanah yang akan ditanam tebu dipersiapkan dengan dua cara dibajak dan reynoso kedalaman 40 cm. Varietas tebu tergantung dari kemasakan dan biasanya diperbarui terus agar kualitasnya tidak turun," katanya, menambahkan.(*)