Kepala Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian Muhammad Syakir, Rabu meminta balai-balai penelitian di Tanah Air mampu menghasilkan penelitian potensial untuk pengembangan komoditas pangan pokok.
"Siapapun yang melakukan penelitian dan hasilnya potensial untuk peningkatan produktivitas komoditas pangan pokok, silahkan diajukan proposalnya, nanti kami bantu pendanaan maupun pemakaian laboratorium pertanian Kementan," katanya saat meninjau tanaman jagung hasil penelitian Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Ia mengakui penelitian yang membuahkan hasil tanaman jagung lebih dari dua tongkol itu merupakan hasil yang luar biasa dan cemerlang. Oleh karena itu, harus dilakukan hingga tuntas guna meningkatkan produktivitas tanaman jagung di Tanah Air agar tidak sampai impor.
BBPP Ketindan, Lawang, Kabupaten Malang, mulai melakukan penelitian terkait benih unggul jagung secara bioteknologi yang diteliti dan dikembangkan oleh staf BBPP Saptini Mukti Rahajeng. Penelitian tersebut, saat ini sudah mencapai pada hasil turunan ketiga.
Lebih lanjut, Muhammad Syakir mengatakan apalagi saat ini target dari pemerintah adalah swasembada jagung, bahkan bisa ekspor. "Kami sekarang tidak bicara nominal berapa target yang akan dicapai, namun yang pasti kita bisa swasembada jagung," ujarnya.
Ia mengatakan di dunia ini hanya ada lima negara yang mampu menghasilkan tanaman jagung dengan tongkol lebih dari dua, itupun hanya 40 persen. Dan, Indonesia pun mampu menghasilkan seperti kelima negara itu, takni Nasa 29 yang diluncurkan tahun lalu.
Saat ini, lanjutnya, yang dibidik Indonesia adalah hasil tanaman jagung dengan lebih dari dua tongkol dan tingkat isinya mampu mencapai 80 persen. "Ini yang sekarang sedang kita kejar melalui berbagai penelitian di seluruh balai-balai penelitian," ucapnya.
Produktivitas tanaman jagung saat ini rata-rata mencapai 15 ton per hektare dengan varietas unggul. Ke depan, diharapkan ada varietas baru yang mampu menghasilkan 3 hingga 8 tongkol agar mampu meningkatkan produktivitas.
Sementara itu, peneliti BBPP yang mengembangkan benih unggul jagung secara bioteknologi, Saptini Mukti Rahajeng mengatakan saat ini masih terus dilakukan penelitian hingga menghasilkan tanaman yang stabil (stabilisasi). "Sekarang kami masih melakukan penelitian di satu lokasi hingga stabil dulu hasilnya," ujarnya.
Ia mengemukakan progres dari penelitiannya itu baru pada tahap turunan keiga hasil persilangan. Paling tidak masih dibutuhkan turunan hingga kedelapan. "Sekirtar dua tahun lah untuk menghasilkan benih unggul yang stabil, artinya bisa ditanam di berbagai jenis lahan dan cuaca," terangnya.
Setelah penelitian di satu lokasi ini tuntas dan stabil, lanjutnya, pihaknya akan melakukan penelitian di sejumlah lokasi lain, seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT) guna menguji karakteristik dan hasil penen jagung tersebut ketika ditanam di lokasi lain," katanya.(*)
Video Oleh Endang Sukarelawati