London (Antara) - Permukiman di Surabaya menjadi perhatian kalangan publik dan arsitek di Eropa dalam acara konferensi dan seminar yang digelar dalam rangkaian kegiatan Festival Europalia Indonesia yang berlangsung sejak Oktober hingga Januari mendatang.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, menjadi pembicara pada Konferensi Lecture on Cities: The Urban Laboratory of Surabaya, the Kampoeng Experience yang diselenggarakan di Centre of Fine Arts Brussels, Kamis (16/11).
Pensosbud KBRI Brusel Ance Maylany kepada Antara London, Sabtu melaporkan, bahwa wali kota Surabaya menyampaikan mengenai kontribusi keberadaan kampung itu kepada ibu kota Provinsi Jawa Timur tersebut.
Bagaimana kampung tersebut telah menjadi sentra pertumbuhan ekonomi bagi kota Surabaya. Hadir juga Guru Besar Tata Kota dan Pemukiman, Prof. Johan Silas dari Institut Teknologi Sepuluh November yang menggambarkan Kampung bukanlah sebagai area kumuh namun merupakan suatu permukiman modern dan rapi tanpa meninggalkan ciri khas kampung sebagai permukiman tradisional.
Yang menjadi pelajaran berharga pada acara ini adalah bagaimana Surabaya mampu memfungsikan informal leadership dari suatu permukiman melalui Rukun Warga, Rukun Tetangga dan Dasawisma dalam mengelola lingkungan tersebut.
Para arsitek Belgia menilai keberadaan RT dan RW fenomena unik yang tidak ditemukan di Belgia maupun negara Eropa lainnya. Di Belgia terdapat tantangan untuk membina suatu commonality (rasa kepemilikan bersama) pada suatu pemukiman yang dibangun dengan rasa gotong royong sesama penghuninya. Para peserta yang hadir pada pertemuan tertarik mengetahui bagaimana gotong royong tersebut terus terjadi pada saat ini di Surabaya.
Wali kota Surabaya menekankan gotong royong sangat relevan dan menjadi ciri khas permukiman dan bagian penting dari pembentukan dan keberlanjutan permukiman/kampung.
Kampung-kampung di Surabaya telah menjadi pelajaran unik bagi arsitek Belgia.
Rismaharani yang memiliki latar belakang arsitek dari ITS bersama dengan Prof. Johan Silas membagikan pengalaman mereka terhadap pengembangan tata kota Surabaya yang berupaya menjaga identitas asli pemukiman tersebut namun meningkatkan fungsinya dengan berbagai fasilitas publik modern.
Surabaya memiliki command center yang merupakan helpline seluruh warganya, terdapat pembangunan 372 taman sebagai area publik di setiap kecamatan yang dapat diakses untuk anak-anak yang tidak dapat meliat sekalipun dan dapat mengetahui jenis tumbuhan di dalamnya.
Pemerintah Kota Surabaya membangun area bagi pedagang kaki lima guna mengatur aktivitas perdagangan, pusat belajar untuk bahasa, matematika, teknologi informasi hingga pelajaran lainnya. Surabaya telah berubah menjadi smart city dengan berbagai fasilitas publik terkini bagi warganya, namun tetap mengakomodasi sejarah kota dan karakter tradisional kota.
Hal ini menjadi suatu masukan berharga bagi perkembangan tata kota di Brussel dan Belgia keseluruhan. Hal ini disampaikan Kepala Jurusan Ilmu Arsitektur dari Universitas Catholic Louvain - LOCI, Christine Fountaine, dalam berbincangan pada pertemuan informal dengan Walikota di Festival Center Europalia Indonesia. (*)
Permukiman di Surabaya jadi Perhatian di Brusel
Sabtu, 18 November 2017 7:18 WIB
Yang menjadi pelajaran berharga pada acara ini adalah bagaimana Surabaya mampu memfungsikan informal leadership dari suatu permukiman melalui Rukun Warga, Rukun Tetangga dan Dasawisma dalam mengelola lingkungan tersebut.