Surabaya (Antara Jatim) - Musisi Mung dan Titik Soetopo tampil dalam konser "147 Hari Tanpa Leo Kristi" yang digelar dalam rangkaian kegiatan Pasar Seni Lukis Indonesia 2017 di JX International Convention Exhibition Surabaya, Sabtu malam.
Keduanya adalah musisi yang sejak awal turut berproses mendampingi di setiap penciptaan karya-karya musik Leo Kristi yang kini dikenal sebagai legenda musik balada Indonesia.
Mung adalah pemain bas Leo Kristi, sedangkan Titik Soetopo merupakan salah seorang penyanyi latarnya.
Dalam konser tersebut Mung dan Titik tampil membawakan sekitar sepuluh lagu Leo Kristi yang populer di era 1970 – 1980-an, di antaranya Gulagalugu Suara Nelayan, Salam dari Desa, Lewat Kiara Condong dan Nyanyian Musim.
"Saya ingat Leo Kristi kalau siang sering nongkrong sendirian di depan Rumah Sakit Darmo, Jalan Raya Darmo Surabaya. Pernah saya tanyakan kenapa suka nongkrong sendirian di sana tiap siang. Dia menjawab senang melihat anak-anak SMA Santa Maria di seberang Rumah Sakit Darmo," ujar Mung.
Namun kebiasaan Leo yang sering nongkrong di Jalan Raya Darmo Surabaya tiap siang hari itu justru melahirkan lagu berjudul SASL, yang merupakan kepanjangan dari "Solus Aegroti Suprema Lexest", yang artinya "anugerah terindah dari Tuhan adalah kesehatan".
Kata-kata yang kemudian menginspirasi salah satu karya lagunya itu ditemukan Leo Kristi terpampang di pintu keluar Rumah Sakit Darmo Surabaya, dari kebiasaannya nongkrong di depannya setiap siang hari sambil menyaksikan anak-anak SMA Santa Maria yang pulang sekolah.
Penyanyi kelahiran Surabaya bernama asli Leo Imam Soekarno itu meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada usia 67 tahun, 21 Mei lalu.
Ketua panitia Pasar Seni Lukis Indonesia M Anis menyatakan akan konsisten menggelar konser mengenang Leo Kristi di setiap penyelenggaraannya.
"Tahun ini kami menggelar konser 147 Hari Tanpa Leo Krsiti, pada penyelenggaraan Pasar Seni Lukis Indonesia tahun depan bisa jadi kami gelar konser 567 Tahun Tanpa Leo Kristi, dan begitu seterusnya pada penyelenggaraan tahun-tahun berikutnya," katanya.
Pasar Seni Lukis Indonesia 2017 merupakan penyelenggaraan tahun ke sepuluh. Tiga tahun berturut-turut pada penyelenggaraan Pasar Seni Lukis Indonesia sebelumnya rutin dibuka oleh konser Leo Kristi.
Anis menilai Leo Kristi adalah aset bangsa Indonesia yang karya-karya besar musiknya sampai sekarang belum ada yang menandingi.
Karenanya dia merasa perlu menggelar konser mengenang Leo Kristi setiap tahunnya agar karya-karya musiknya tetap dikenal oleh generasi muda. (*)
Video Oleh Hanif Nasrullah