Kediri (Antara Jatim) - Usaha pembuatan telur asin berbagai rasa yang dibuat oleh Yuli Ruantinah, warga Sidoarjo, Jawa Timur, mampu menembus pasar swalayan.
Yuli Ruantinah, mengatakan usaha ini sudah digeluti sejak 2010. Usaha ini berawal dari ingin lebih mengembangkan nilai jual telur bebek, sehingga tidak hanya dijual dalam bentuk mentah.
"Paman saya punya usaha peternakan bebek. Jumlahnya cukup banyak. Akhirnya kami belajar mengolah telur bebek, berinisiatif membuat telur asin," kata Yuli yang merupakan warga Kabupaten Sidoarjo, ditemui di Kediri, Sabtu.
Pemilik UD Baginda Jaya Sidoarjo ini mengatakan usaha telur asin ini sudah banyak yang menggelutinya. Sehingga, ia dengan paman berinisiatif mencari terobosan lain mengolah telur asin. Akhirnya, telur asin diolah dengan berbagai cara diberi berbagai rasa.
"Telur asin ini ada berbagai rasa, udang, kepiitng dan ikan salmon. Prosesnya juga beda ada yang diasap, digoreng, serta menggunakan oven," katanya.
Ia mengatakan, awalnya telur bebek yang terjual hanya sedikit. Namun, setelah lama ternyata penerimaan pelanggan cukup bagus. Saat ini, setiap hari tidak kurang dari mengolah hingga 900 butir telur bebek hasil peternakan sendiri.
Dalam mengolah telur, ia dibantu sejumlah orang tetangga. Telur awalnya diambil dari kandang, dibersihkan lalu diolah. Cara mengolahnya juga menggunakan teknik sederhana, yaitu batu bata yang dicampur dengan garam.
Yuli juga menolak menggunakan teknik pengasinan yang menggunakan air ataupun suntik. Menurut dia, teknik itu memengaruhi kualitas rasa telur. Produk yang dihasilkan juga tidak optimal. Misalnya, kuning telur menjadi tidak nampak berminyak dan baunya beda.
"Saya mengolah menggunakan cara tradisional, herbal, dengan batu bata dicampur garam. Untuk mengolah butuh waktu sekitar 10 hari. Itu nanti menghasilkan telur asin yang masir, kuning telurnya menjadi berminyak dan enak. Saya tidak menggunakan teknik direndam air, sebab kuning telurnya jadi beda," ujarnya.
Ia mengatakan, setiap hari tak kurang dari 700 butir telur ludes terjual. Pelanggannya berasal dari berbagai daerah di Jatim, seperti Malang, Jombang, dan sejumlah kota lainnya. Mayoritas pelanggannya adalah pemilik toko oleh-oleh. Omzetnya per tahun bisa mencapai Rp200 juta.
Ia juga bertambah senang, sebab produknya saat ini sudah mampu menembus pasar swalayan. Beberapa perbaikan terus dilakukannya, salah satunya model pengemasan. Model itu harus dilakukan dengan bagus, sebab jika telur pecah, bisa memengaruhi kualitas telur.
Yuli sangat berminat mengembangkan usahanya ini, bahkan bisa mengirim hingga seluruh Indonesia. Untuk saat ini, ia berencana masuk di industri kue. Kuning telur bebek dikatakan bagus untuk membuat kue. Selain empuk, tahan lama, kue juga bisa lebih mengembang.
Ia juga berencana mengurus hak paten, tapi masih ada beberapa kendala. Beberapa izin sudah didapatkannya, tapi ternyata pengurusan hak paten juga belum tuntas.
"Saya punya PIRT tapi yang hak paten belum. Ini masih proses pengurusan, tapi ternyata tidak mudah. Padahal, saya ingin usaha ini terus berkembang, bahkan seluruh Indonesia tahu produk ini. Jika bisa, nanti ekspor," katanya berharap.
Ketua Iwaba se-Wilayah Kerja Bank Indonesia Kediri Anita Djoko Raharto mengatakan, pihaknya memang berupaya membuat UMKM lebih maju dan naik kelas. Ia menggandeng sahabat UMKM dan badan ekonomi kreatif (Bekraf) untuk memberikan sosialisasi terkait dengan UMKM serta pendirian badan hukumnya.
Lebih lanjut, Anita mengatakan ke depan juga akan dilakukan pendampingan secara intensif guna mengetahui perkembangan usaha mereka. (*)