Jember (Antara Jatim) - Naiknya harga daging ayam ras menjadi pemicu laju inflasi di Kabupaten Jember pada bulan September 2017 yakni sebesar 0,06 persen secara bulanan atau "month to month" yang ditunjukkan oleh kenaikan IHK bulan Agustus sebesar 125,76 persen menjadi 125,83 persen pada September 2017.
"Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di antaranya daging ayam ras yang memberikan sumbangan terbesar inflasi 0,0485 persen, apel memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0318 persen, bahan bakar memberikan sumbangan inflasi 0,0233 persen, dan emas perhiasan 0,0232 persen," kata Kepala Seksi Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Candra Birawa di Kantor BPS setempat, Senin.
Menurutnya kenaikan harga komoditas utama pendorong inflasi pada komponen bergejolak (volatile foods) seperti daging ayam ras, apel, ketimun dan salak yang cukup signifikan karena permintaan yang meningkat dari masyarakat Jember.
"Harga emas perhiasan mengalami kenaikan seiring dengan masih tingginya harga emas dunia, sehingga komoditas pada komponen inti itu menjadi salah satu penyumbang inflasi di Jember," tuturnya.
Sedangkan komoditas utama yang menghambat terjadinya inflasi di Jember di antaranya beras, gula pasir, sawi hijau, cabai merah, dan cabai rawit karena harga di pasaran turun.
"Harga cabai merah dan cabai rawit beberapa pekan terakhir mengalami penurunan sampai tercatat di bulan September masih turun pada titik terendah karena produksi dan stoknya melimpah di pasaran," katanya.
Candra mengatakan laju inflasi tahun kalender bulan September 2017 di Kabupaten Jember mengalami inflasi sebesar 2,67 persen, angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun kalender September 2016 yang mengalami inflasi sebesar 0,94 persen.
"Inflasi 'year on year' pada bulan September 2017 sebesar 3,67 persen dan angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi 'year on year' bulan September 2016 sebesar 1,55 persen," ujarnya.
Dari delapan kota IHK di Provinsi Jatim, tujuh kota mengalami inflasi dan satu kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Kediri sebesar 0,31 persen; diikuti Kota Surabaya 0,26 persen; Kota Madiun 0,12 persen; Kota Probolinggo 0,11 persen; Kabupaten Jember 0,06 persen; Kota Malang 0,05 persen; dan inflasi terendah terjadi di Sumenep sebesar 0,03 persen, sedangkan deflasi terjadi di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,02 persen.
Pada bulan September 2017, Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,19 persen dan nasional mengalami inflasi sebesar 0,13 persen.(*)