Sidoarjo (Antara Jatim) - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyebut angka perceraian di
Provinsi Jawa Timur tinggi bahkan menempati peringkat tiga besar
nasional bersama Jawa Barat dan Jawa Tengah.
"Di Jawa Timur perceraiannya cukup tinggi tapi yang aneh, gugat
cerai yang tinggi justru jadi sumber kebahagiaan. Ini yang harus
ditelaah bersama apa yang sebetulnya sedang terjadi pada keluarga ini
dan harus ada solusi yang kita ambil bersama," kata Khofifah usai
menjadi pemateri Workshop "Layanan Lembaga Konsultasi Keluarga Maslahah"
yang digelar PW Muslimat NU di Sidoarjo, Sabtu.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya perceraian itu
seperti halnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dalam posisi seperti
itu, Mensos berharap bahwa ketika suatu permasalahan keluarga berakhir
di pengadilan agama maka kemudian tidak harus keputusan gugat cerai
mudah disepakati dan disetujui.
"Marilah kita melihat implikasi dari perceraian itu bisa
menimbulkan anak-anak yang menjadi terdampak dan bisa mendapatkan
masalah baru seperti suami atau istri kawin lagi sehingga "role model"
di keluarga tidak ditemukan," kata Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul
Ulama itu.
Dirinya juga mengajak untuk melihat dampak dari perceraian itu bisa
mempengaruhi karakter anak, bisa mempengaruhi moralitas dan tak
terbangunnya referensi di keluarga.
Untuk menekan angka perceraian, konsultasi keluarga bisa menjadi
harapan agar jika terjadi suatu masalah tidak sedikit-sedikit ke
pengadilan agama. Sebab, keluarga-keluarga yang bisa memberikan
pertimbangan bagaimana kebaikan terbangun bisa dilakukan.
"Oleh karena itu saya ingin mengajak Muslimat NU menjadi bagian
untuk mencari solusi dari berbagai hal yang musti bergandengan tangan
untuk menyelesaikannya," kata dia.
Selain itu, di Kementerian Sosial, pihaknya sudah menyiapkan Mobil
Anti Galau. "Di mobil itu orang bisa mendengarkan konselor, bisa bersapa
psikolog supaya bisa curhat dan mendapatkan solusi. Mereka sudah
menyiapkan solusi keluarga maslahat," ujarnya.(*)