Blitar (Antara Jatim) - Tempat konservasi penyu di Desa Serang, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menjadi daya tarik bagi pengunjung Pantai Serang, sehingga jumlah kunjungan wisatawan ke tempat ini juga terus naik.
"Konservasi penyu itu inisiatif warga desa. Di Pantai Serang, Blitar, ini banyak sekali penyu yang datang untuk bertelur, jadi warga membuat konservasi ini," kata Kepala Desa Serang Dwi Handoko di Blitar, Senin.
Ia mengatakan, konservasi penyu di Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, ini adalah swadaya dari kelompok masyarakat pelestari penyu. Mereka prihatin dengan maraknya jual beli telur penyu, yang diambil dari pantai.
Lokasi Pantai Serang, Kabupaten Blitar ini juga sengaja dibuat jadi tempat konservasi telur penyu dan sudah dilakukan sejak empat tahun lalu. Selama ini untuk biaya hasil swadaya dari masyarakat dan bantuan dari pengunjung. Lokasi konservasi juga di sekitar pantai, sesuai dengan habitat aslinya.
Lebih lanjut, ia mengatakan masyarakat berinisiatif mengumpulkan telur penyu yang singgah di pantai, lalu diletakkan di tempat khusus hingga telur-telur itu menetas. Proses perawatan mulai pengambilan telur hingga menetas memerlukan waktu sekitar 1-2 bulan.
"Jadi mulai telur hingga menjadi tukik dan siap dilepas memerlukan waktu 1-2 bulan dan ini swadaya oleh masyarakat. Tapi, juga ada bantuan, donasi dari pengunjung dan instansi," katanya.
Handoko menyebut, penyu-penyu biasanya singgah di Pantai Serang, Kabupaten Blitar mulai Juni. Penyu yang singgah itu dari berbagi jenis, misalnya penyu hijau, penyu sisik, dan lekang atau penyu sisik abu-abu. Setiap induk penyu mengeluarkan hingga ratusan butir telur sekali menetas.
Pihaknya juga baru melakukan pelepasan tukik ke pantai akhir pekan lalu. Total hingga kini, ada sekitar 2.000 ekor yang sudah dilepaskan ke pantai secara bersama-sama dengan pengunjung. Usia tukik itu juga sudah siap lepas, sehingga dari tim konservasi juga siap melepasnya.
Ia mengaku, sebenarnya sangat prihatin dengan semakin susutnya hewan dilindungi ini. Dari evaluasi yang telah dilakukan, dari sekitar 1.000 ekor tukik yang dilepas, potensi hidup hingga dewasa sangat sedikit, bahkan hanya sekitar 1-2 ekor penyu.
"Dari sekitar 1.000 ekor tukik yang dilepas, ada sekitar 1-2 ekor yang bisa hingga dewasa. Ini banyak faktor penyebabnya, salah satunya karena ada predator yang ganas," katanya.
Pihaknya juga selalu mengampanyekan pada setiap pengunjung untuk mau melestarikan hewan langka ini, dengan tidak mengambil telur penyu sembarangan, tidak memperjualbelikan telur penyu, serta merawat habitatnya. Pantai yang menjadi rumah singgah untuk hewan tersebut juga diharapkan tetap dipelihara, sehingga penyu-penyu itu bisa tetap lestari.
Ia juga menyebut, adanya konservasi itu ikut serta meningkatkan kunjungan wisatawan. Di setiap akhir pekan, tingkat kunjungan ke pantai sekitar 1.500 orang. Jumlah itu biasanya naik drastis ketika ada kegiatan, salah satunya pelepasan tukik, yang naik hingga berlipat kali.
Adanya kegiatan itu, kata dia, juga berdampak positif ke warga sekitar. Salah satunya roda perekonomian warga menjadi bergerak, sehingga mereka bisa mendapatkan pemasukan. Selama ini, warga di sekitar pantai banyak yang mengandalkan hidup dari mencari ikan atau menjadi nelayan.
Walaupun konservasi tukik menjadi salah satu destinasi andalan, ia menyebut tidak mengizinkan setiap pengunjung ke lokasi konservasi. Hal itu dilakukan demi menjaga lingkungan, agar telur bisa menetas dengan sempurna.
Handoko juga menambahkan, dalam waktu dekat juga akan kembali melakukan pelepasan tukik, sekitar November 2017. Diharapkan, dari berbagai telur yang sudah dirawat, banyak yang menetas, sehingga ke depan bisa menjadi penyu dewasa. (*)