Surabaya (Antara Jatim) - Puluhan seniman menggelar refleksi insiden perobekan bendera Belanda yang terjadi pada 19 September 1945 di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) dalam bentuk teatrikal di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya, Kamis.
Rekonstruksi perobekan bendera Belanda dimulai ketika ada beberapa pemuda yang diperankan oleh seniman, datang dari arah utara untuk kemudian memasuki hotel, memanjat gedung menggunakan tangga bambu, dan merobek bendera merah putih biru.
"Mereka mampu memperagakan aksi perobekan bendera merah putih dengan penjiwaan yang sungguh-sungguh. Bahkan, saking emosinya, saat rekonstruksi, tangan seorang pemain teatrikal ada yang sampai berdarah," kata koordinator acara Heri Prasetyo di sela acara refleksi.
Heri Prasetyo atau biasa dipanggil Heri Lentho itu mengutarakan makna peristiwa perobekan bendera yang setiap tahun diadakan untuk menanamkan karakter perjuangan dan nasionalis kepada seluruh warga Surabaya.
"Rakyat Surabaya khususnya Indonesia, kalau diajak ngomong unsur kebangsaan dan nasionalisme itu selalu kuat, makanya setiap tahun acara ini selalu kita kemas berbeda dan menarik," ujarnya.
Menurut dia, aksi teatrikal tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya sangat berbeda. "Tahun ini kita melibatkan paduan suara dibumbui atribut bendera merah putih berukuran kecil yang dibawa pelajar SD dan SMP," ujarnya.
Potongan lirik lagu berjudul Surabaya Oh Surabaya dinyanyikan siswa-siswi SMP Negeri 6 Surabaya untuk mengajak seluruh peserta mengenang perjuangan arek-arek Suroboyo yang 72 tahun silam dengan gagah berani menurunkan bendera Belanda demi kemerdekaan.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang hadir menggunakan busana tentara berwarna hijau menuturkan bahwa peristiwa perobekan bendera merupakan momen gagah berani yang ditunjukkan warga Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Peristiwa perobekan bendera ini yang kemudian berakhir pada 10 November 1945," kata Risma dalam acara yang dihadiri Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol. Muhammad Iqbal, para veteran, pasukan TNI AD, AL dan AU, Polri serta pelajar SD-SMP negeri/swasta, jajaran OPD terkait serta Forpimda tersebut.
Untuk memperingati acara ini, kata Risma, pihaknya juga melibatkan para pelajar SD dan SMP dengan tujuan supaya anak-anak mengerti bahwa para pendahulunya dan pejuang dengan gagah berani melawan kesombongan pemerintah Belanda sehingga berhasil memperoleh kemerdekaan.
"Anak-anak Surabaya juga harus belajar dari pendahulunya agar berani, tidak boleh takut dan tidak boleh minder dengan siapapun untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah dan lebih baik lagi ke depan," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Hartoyik menambahkan peristiwa ini merupakan tujuan terakhir dari bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah Belanda selama 350 tahun.
"Peristiwa ini seperti mercusuar yang menyinari seluruh negeri mulai Sabang sampai Merauke dan itu adalah Surabaya," kata Hartoyik.
Hartoyik berpesan kepada generasi muda agar meneruskan perjuangan yang sudah dilakukan pejuang terdahulu dengan cucuran darah dan hilangnya ribuan nyawa rakyat Surabaya.
"Saya yakin para pemuda dan pemudi Surabaya bisa meneruskan perjuangan ini dengan profesional untuk menjunjung tinggi nilai bangsa dan negara ini," katanya. (*)