Jember (Antara Jatim) - Kenaikan harga elpiji dan garam menjadi salah satu pemicu laju inflasi pada bulan Juli 2017 di Kabupaten Jember, Jawa Timur dengan angka inflasi di wilayah setempat sebesar 0,070 persen.
"Komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi bulan Juli 2017 yakni bahan bakar rumah tangga, garam, telur ayam ras, cumi-cumi, beras, pindang asin, jagung muda, udang basah, apel, dan ikan asin," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Indriya Purwaningsih di kantor BPS setempat, Selasa.
Menurutnya harga bahan bakar rumah tangga terutama elpiji 3 kilogram mengalami kenaikan pada minggu keempat bulan Juni 2017 yakni menjelang Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriyah dari Rp15.000 hingga mencapai Rp18.000 per tabung.
"Setelah Lebaran harga elpiji 3 kilogram sebenarnya kembali normal, namun pedagang membandrol harga sebesar Rp16.000 per tabung pada awal Juli 2017, sehingga harganya lebih tinggi dibandingkan pada Juni 2017," tuturnya.
Ia mengatakan kelangkaan garam hingga menyebabkan harganya melambung tinggi terjadi hampir di seluruh daerah, termasuk di Kabupaten Jember, sehingga memberikan sumbangan terhadap laju inflasi pada Juli 2017.
"Harga garam beryodium baik kemasan maupun garam bata mengalami kenaikan pada pekan kedua bulan Juli 2017 secara perlahan-lahan karena pasokan dari distributor kosong, sehingga berdampak pada laju inflasi Jember," katanya.
Harga garam pada pekan kedua Juli 2017 perlahan naik dari Rp1.000 hingga Rp1.500 per kemasan dengan berat 250 gram, kemudian naik hingga Rp2.500 per kemasan. Bahkan pada minggu keempat Juli, harga garam naik lagi menembus Rp4.000 per kemasan 250 gram.
"Menurunnya produksi garam itu terjadi karena anomali cuaca yang buruk selama tahun 2016 sampai dengan Juli 2017 yang cuacanya cenderung basah. Stok garam di beberapa pedagang kosong terutama garam bata di pasaran, sedangkan garam kemasan masih tersedia dalam jumlah yang tidak banyak," ujarnya.
Berdasarkan data BPS Jember, elpiji 3 kilogram mengalami inflasi sebesar 3,19 persen dengan sumbangan inflasi 0,070 persen, kemudian garam mengalami inflasi 51,89 persen dengan sumbangan inflasi 0,039 persen, dan telur ayam ras mengalami inflasi 3,98 persen dengan sumbangan andil inflasi 0,038 persen.
Dari 8 kota indeks harga konsumen (IHK) Jawa Timur, enam kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi yakni inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang sebesar 0,30 persen, diikuti Kota Madiun sebesar 0,18 persen, Kabupaten Sumenep (0,17 persen), Kota Surabaya dan Kabupaten Banyuwangi masing-masing sebesar 0,15 persen dan inflasi terendah di Kabupaten Jember sebesar 0,07 persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Kediri sebesar 0,11 persen dan deflasi terendah di Kota Probolinggo sebesar 0,07 persen.
"Inflasi Jawa Timur bulan Juli 2017 sebesar 0,15 persen dan inflasi nasional sebesar 0,22 persen, sehingga inflasi Jember masih dibawah Jatim dan nasional, serta menjadi inflasi terendah se-Jatim," katanya, menambahkan.(*)