"Permasalahan anak itu semakin lama semakin kompleks. Karena itu, kami siapkan wadah sehingga masalah itu bisa diselesaikan," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat meresmikan Puspaga di Surabaya, Senin.
Menurut dia, kehadiran Puspaga ini selaras dengan predikat Surabaya sebagai kota yang mengedepankan kesetaraan gender, antikekerasan perempuan dan anak juga perdagangan manusia.
Risma mengatakan penanganan masalah keluarga harus lebih komprehensif karena selama ini jika ada masalah dengan anak, anaklah yang disalahkan, semisal disematkan sebutan anak nakal. Padahal, keluarga punya andil dalam membentuk kenakalan anak, misalnya keluarga yang tidak harmonis dan tidak peduli dengan kondisi anaknya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap Puspaga ini bisa menjadi jujugan bagi keluarga yang mengalami masalah apapun, dari mulai sebelum pernikahan sampai menikah, hingga punya anak. "Semuanya bisa dikonsultasikan di sini," kata Wali Kota.
Dalam peresmian Puspaga tersebut, Wali Kota juga berbincang dengan beberapa pelajar yang hadir. Wali Kota berpesan agar keberadaan Puspaga di Siola tersebut bisa disebarluaskan di kalangan pelajar melalui akun media sosial masing-masing.
"Sebarkan ke teman-temannya. Kalau ada masalah datang ke sini. Jangan malu atau takut," ujarnya.
Peresmian Puspaga ini juga menambah fungsi Siola yang sebelumnya sudah difungsikan sebagai kantor beberapa SKPD Kota Surabaya. Bahkan, di lantai I Siola selama ini sudah difungsikan sebagai pusat pelayanan perizinan usaha dan juga pengurusan dokumen kependudukan.
Seusai meresmikan, Wali Kota lantas meninjau Puspaga. Di ruang bermain anak, Wali Kota menyapa beberapa anak-anak yang sedang bermain bola. Wali Kota perempuan pertama di Surabaya ini kemudian berbincang dengan pelajar di ruang konseling anak.
Ia juga memantau penyampaian materi oleh pemateri kepada beberapa ibu rumah tangga di ruang konseling hukum. "Puspaga ini bukan sekadar melengkapi kota layak anak dan kesetaraan gender. Tapi juga bisa dikembangkan untuk hal lain semisal konsultasi ekonomi keluarga," ujarnya.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (Bapemas KB) Surabaya, Nanis Chairani mengatakan Puspaga memiliki beberapa ruangan yang disekat sesuai dengan fungsinya. Ada tempat untuk curhat, konseling anak, konsultasi hukum, hingga konsultasi mau menikah.
"Kita bisa bergandengan tangan dan memecahkan masalah secara bersama-sama," ujar Nanis.
Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi mengapresiasi positif keberadaan Puspaga. Menurutnya, pendidikan sekarang ini tidak hanya pada tataran pendidikn formal tetapi juga pendidikan anak usia dini yang membutuhkan peran keluarga.
"Persoalan anak-anak itu disebabkan karena persoalan keluarga. Puspaga ini menjadi tempat untuk pembelajaran dan terus melakukan pelayanan pendidikan keluarga. Jadi yang diperhatikan bukan hanya kuratif, tetapi juga preventifnya," ujarnya.
Dia menyarankan merujuk pada luasan wilayah Surabaya, Puspaga ke depannya tidak hanya berada di Siola. Tetapi juga punya agenda untuk mobile ke kecamatan-kecamatan yang lokasinya jauh dari pusat kota.
"Puspaga ini juga harus punya agenda untuk mendekat ke masyarakat. Supaya orang Benowo tidak perlu jauh-jauh ke sini. Puspaga beserta krunya buat jadwal ke kecamatan mana, ada konsultasi. Sehingga penetrasinya lebih terasa. Nanti bisa bekerja sama dengan camat atau PKK maupun LSM," ujarnya. (*)