Surabaya (ANTARA) - Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) menjadi salah satu penilaian Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-bangsa atau United Nation Childrens Fund (Unicef) untuk Kota Surabaya, Jatim, agar mendapat predikat Kota Layak Anak Tingkat dunia.
Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya Rini Indriyani di Surabaya, Rabu mengatakan Unicef menilai bahwa berbagi layanan fasilitas yang dibuat oleh Pemkot Surabaya pantas mendapat predikat Kota Layak Anak Tingkat dunia.
"Alhamdulillah, salah satu layanan fasilitas itu adalah Puspaga," kata Rini.
Rini mengatakan, untuk mendukung terciptanya kota ramah anak, pihaknya terus memberikan penguatan kepada keluarga melalui layanan Puspaga.
"Kami terus berbenah agar Surabaya bisa mempertahankan Kota Layak Anak, salah satunya kami mengadakan talkshow mengenai Family Strength atau ketahanan keluarga. Karena PKK ada 10 program yang hampir semuanya adalah ketahanan keluarga," kata Rini.
Baca juga: Unicef tinjau kesiapan Surabaya jadi kota layak anak dunia
Oleh sebab itu, kata dia, melalui layanan fasilitas Puspaga, para orang tua bisa berkonsultasi mengenai pola asuh kepada anak.
"Monggo semua orang tua di Surabaya, kami memiliki layanan gratis. Jangan malu datang ke Puspaga untuk berkonsultasi karena tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semuanya," kata dia.
Kepala Kantor Unicef untuk Wilayah Jawa Tubagus Arie Rukmantara saat kunjungannya ke Surabaya pada Selasa (14/2) mengatakan, pihaknya merespons baik surat dari Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada Desember 2022 lalu yang menginginkan Surabaya ingin menjadi bagian dari jaringan global Child Friendly Cities Initiatives (CFCI) dalam mengikuti penilaian Kota Layak Anak Tingkat Dunia.
Arie menilai bahwa Kota Surabaya pantas menjadi Kota Layak Anak Tingkat Dunia yakni terus melibatkan partisipasi anak-anak, salah satunya telah diterbitkan Surat Edaran (SE) Wali Kota kepada kelurahan untuk mengajak anak-anak ikut memberikan pendapat dalam kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kota Surabaya.
"Mereka memiliki argumen yang kuat sebagai bagian pembuat kebijakan. Kemajuan Kota Surabaya yang tercatat sebagai indikator, jauh lebih besar dan kompatibel dengan negara yang memiliki kota maju lainnya. Jadi Surabaya jangan melihat Indonesia sebagai barometer, tetapi dunia yang sebagai barometer," kata dia.