Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyebut ekonomi itu adalah bagian dari presepsi. Ungkapan itu memang tidak sepenuhnya bisa dibenarkan apabila mengacu pada ilmu ekonomi. Sebab, dalam ilmu ekonomi ada angka, sehingga sedikit banyak akan ada hitung-hitungan secara detail tidak lantas menggunakan presepsi.
Namun demikian, ungkapan orang nomor satu di Jatim itu dimaksudkan untuk memotivasi masyarakat dan membuka peluang investasi. Dengan presepsi optimisme akan mendorong masyarakat dan dinamisasi ekonomi menuju perbaikan. Opini baik akan membuka citra baik serta masuknya investasi.
Gencarnya publikasi optimisme membuat ekonomi Jatim lebih baik ketimbang daerah lainnya. Bahkan selama ini menjadi acuan nasional.
Perekonomian Jatim pada Triwulan IV tahun 2016 diperkirakan tumbuh antara 5,5 hingga 5,9 persen, dan pertumbuhan ekonomi Jatim sepanjang tahun 2016 diperkirakan sebesar 5,6 persen.
Pertumbuhan itu dipengaruhi beberapa faktor seperti konsumsi, investasi, ekspor impor dan kebijakan pemerintah, ditambah indeks tendensi konsumen yang tercatat mencapai 107,35, yang berarti share konsumsi masih dominan.
Bahkan, pada Truliwulan II 2016 angka pertumbuhan ekonomi Jatim lebih tinggi dibandingkan nasional, yakni ketika pertumbuhan ekonomi nasional 5,18 persen year on year (yoy) pada kuartal II 2016, Jatim tercatat 5,62 persen. Angka itu lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2016 yang tercatat 5,23 persen.
Stabilnya nilai positif ekonomi Jatim 2016 disadari betul oleh Soekarwo yang akrab disapa Pakde Karwo tersebut. Namun, ia tidak lantas berbangga dan mengklaim hasil apik itu karena rasa optimisme yang terus digencarkan dan disampaikannya pada berbagai pertemuan.
Ia menyebut hasil itu memang karena murni karekter warga Jatim yang pekerja keras, terbuka, serta memiliki rasionalitas yang baik. Ditambah lagi, komunikasi yang baik antara masyarakat dengan pemerintah, sehingga mempunyai andil besar dalam menjaga stabilitas ekonomi serta politk.
Bahkan, Pakde Karwo secara ekstrem pernah menyebutkan orang Jatim itu meski tanpa ada pemerintahan pun ekonominya akan mampu tumbuh 4 persen, karena watak dasarnya itu. Hanya perlu dorongan sedikit untuk bisa naik di atas level 4 persen.
Ia memprediksi, dengan faktor internal berupa watak dasar itu serta faktor eksternal seperti konsumsi stabil, investasi, rasa aman, dan nyaman pertumbuhan ekonomi di Jatim pada 2017 akan mencapai 5,6- 5,7 persen.
Bahkan, Pakde Karwo berani menjamin iklim di daerahnya akan tetap aman dan nyaman untuk investasi pada 2017. Apabila investor memilih Jatim, hal itu adalah pilhan yang tepat.
Namun demikian, ia juga menjelaskan tantangan dari ekonomi Jatim pada 2017 yakni ada di sektor pertanian, industri dan perdagangan. Di sektor pertanian, terjadi mutasi lahan sekitar 1.100 hektare per tahun, dan sektor industri impor bahan baku masih tinggi yakni sebesar 79,83 persen, dan sektor perdagangan adalah biaya logistik yang masih tinggi.
Mampukah watak ekonomi Jatim menghadapi tantangan itu ? Jawabnya memang tidak bisa berdiri sendiri, tapi sangat dipengaruhi dan terpengaruhi kondisi internal maupun ekstrenal. Kondisi tersebut cukup dinamis. Kondisi itu adalah sentimen positif dan sentimen negatif. Jadi butuh keterampilan untuk mengelolanya.
Kendati begitu, optimisme itu sediri merupakan modal besar untuk menapaki tahun 2017 dengan lebih baik lagi. Optimisme berarti melangkah. Optimisme berarti fokus. Dan optimisme berarti tidak mudah menyerah dengan kondisi yang kurang baik. Selamat datang tahun 2017... (*)