Surabaya (ANTARA) - Coba ubah pemaknaan dalam pikiran kita, bahwa naiknya jumlah kasus positif COVID-19 setiap hari yang kita lihat di berbagai media itu merupakan angka uang yang masuk ke rekening kita.
Naik terus dari puluhan, ratusan, hingga jutaan rupiah setiap harinya. Tentu, saya pastikan menimbulkan dampak psikologi dan efek lain bagi tubuh kita.
Itulah yang dinamakan psikologi angka, yakni angka-angka yang berdampak pada psikologi tubuh ketika melihat adanya penambahan atau pengurangan, kemudian langsung direspon otak serta mengeluarkan sikap seperti ketakutan, kesedihan, kegembiraan atau pun semangat.
Seperti rumus sosial di masyarakat, bahwa ketika memasuki tanggal muda akan ada penyebutan kata positif seperti semangat, tersenyum atau gembira.
Karena setiap permulaan bulan diartikan adanya gaji atau angka rekening yang masuk pada seorang karyawan. Meski pemaknaan itu tidak sama dirasakan semua masyarakat.
Namun, hal itu menjadi contoh kecil bahwa angka-angka bisa menjadi kontrol sebagian manusia dan menimbulkan efek psikologi dalam bersikap.
Penambahan data pasien positif COVID-19 yang disampaikan melalui layar televisi nasional oleh Satgas COVID-19 setiap harinya memang menimbulkan berbagai sikap di masyarakat umum.
Setiap individu atau organisasi juga selalu mengamati perkembangan angka-angka itu, tujuannya untuk mengambil langkah selanjutnya dalam bisnis, ekonomi, organisasi atau pribadi.
Angka-angka itu, meski tidak secara nyata kita dapatkan secara by name by address, namun seolah sudah menjadi pengatur bagi setiap kehidupan individu, khususnya di perkotaan.
Rasa takut itu membuat manusia menjadi makhluk individualis dan mengubah rumus yang awalnya sebagai makhluk sosial (makhluk yang bergantung dengan lainya).
Oleh karena itu, sikapi penambahan angka-angka COVID-19 secara bijak, karena munculnya angka-angka itu bukan untuk menakut-nakuti orang yang melihatnya, melainkan sebagai upaya kewaspadaan dalam setiap melangkah.
Teringat salah satu isi ceramah KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha yang menyebutkan, sesuatu itu selalu tergantung pemaknaan dari dalam diri kita sendiri. Jika sesuatu kita sakralkan, akan timbul kesakralan dari sesuatu tersebut.
Begitu juga saya contohkan untuk angka-angka COVID-19 yang selalu muncul setiap hari. Jika pemaknaan angka itu sebagai ancaman, bisa menjadi sumber ketakutan. Namun, jika kita bijak memaknai angka itu sebagai sebuah kewaspadaan, bisa menjadi pelajaran dalam setiap melangkah.
Hanya angka-angka COVID-19
Senin, 27 Juli 2020 21:03 WIB