Surabaya (Antara Jatim) – Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) menunggu realisasi pencairan dana pinjaman dari Islamic Development Bank (IDB) tahap II sebesar 50 juta USD untuk membangun kampus II di wilayah Gunung Anyar, Surabaya pada 2017.
"IDB sengaja datang ke UINSA untuk melihat realisasi pembangunan yang menggunakan dana pinjaman IDB tahap I senilai 42 juta USD," kata Achmad Zaini Project Manager pembangunan UINSA di Sela kedatangan tim IDB, Senin.
Zaini menambahkan, dari total lahan sekitar 30 hektare yang diperlukan, baru 11 hektare yang berhasil dibebaskan dari masyarakat.
Zaini menjelaskan yang meminjam dana dari IDB adalah negara yang didistribusikan ke Kementerian Keuangan, Kementerian Agama, selanjutnya ke UINSA.“Jadi yang meminjam negara. UINSA sebatas menerima manfaat dari penggunaan anggaran,” katanya.
Dirinya memaparkan, tim IDB datang ke kampus UINSA diwakili oleh tim penafsir. Untuk nilai yang akan disetujui dari IDB, dirinya mengaku belum mengetahuinya secara pasti, hanya ketetapan dari Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional),
"Maksimal nilai pinjaman 50 juta USD, tidak bisa lebih. Kalau kurang dari batas maksimal itu bisa,” papar Zaini yang juga dosen di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Rektor UINSA Prof Abd A’la menyatakan, dana pinjaman tahap pertama 42 juta USD dari IDB sudah dimanfaatkan pihaknya untuk membangun twin tower, masjid, gedung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, gedung Fakultas Syariah, laboratorium, sport center, ruang pasca sarjana serta multifunction.
“Hari ini perwakilan IDB Jeddah datang melihat langsung wujud pembangunan,” kata A’la.
Untuk dana pinjaman tahap dua yang belum disetujui dan cair, kata A’la, rencana untuk membangun gedung-gedung fakultas non Islamic Studi di Kampus II Gunung Anyar. Bersamaan kelarnya kampus II, A’la berharap UINSA tiap tahun mampu menerima 10 ribu mahasiswa.
A’la menyebut ketersediaan sarana prasarana kampus tidak akan berpengaruh pada Uang Kuliah Tunggal (UKT).
“Menteri Agama selaku Pembina Badan Layanan Umum mendapat penghargaan sebagai manajer PTKN (Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri) terbaik. Meski di Jakarta ada PTKN yang memiliki Fakultas Kedokteran, namun UKT rendah. Di UINSA, penentuan UKT juga berdasar survey lapangan. Mahasiswa yang kurang beruntung menjadi sasaran program penentuan UKT, bahkan ada yang nol persen,” tuturnya.
A’la menyebut tiap bulan rektorat selalu menandatangani pengajuan penurunan UKT. Di sisi lain, juga menyetujui berkas pengajuan kenaikkan UKT dari mahasiswa yang sebelumnya kurang mampu dan kini menjadi mampu.
Sementara itu, Manager Educational IDB M Abdurrahman menegaskan, dirinya merasa UINSA sebagai kampusnya. Terlebih sejak pencairan dana pinjaman tahap I dilakukan. Dia mengawal langsung proses jalannya pembangunan.
“Kami berharap pembangunan ini bisa membantu terwujudnya pendidikan (tinggi) yang lebih berkualitas,” harap Abdurrahman. (*)