Jombang (Antara Jatim) - Puluhan santri dari Pondok Pesantren Al-Ikhlas Bahrul Ulum, Desa
Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, diduga mengalami keracunan
setelah menghirup asap pascapengasapan atau "fogging" secara mandiri
yang dilakukan oleh pemerintah desa setempat.
Bagian Keamanan PP Bahrul Ulum Tambakberas, Kabupaten Jombang Tito di Jombang, Senin, mengemukakan keracunan itu terjadi pada Minggu (20/11) sore. Ia awalnya mendapatkan informasi sejumlah santri merasa sesak nafas tidak lama setelah "Fogging" di area pondok.
"Para santri masuk ke kamar ambil makanan dan itu juga setelah jam sekolah, banyak dari mereka yang kondisi perutnya masih kosong, lalu menghirup itu dan sesak nafas," katanya pada wartawan di Jombang, Senin.
Ia menyebut, ada sekitar 27 santri yang mengalami sakit, dengan gejala serupa. Selain sesak nafas, mereka juga mengalami pusing, hingga mual. Karena jumlah santri yang sakit banyak, akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
Informasi yang didapat, pengasapan itu dilakukan secara mandiri oleh pemerintah desa setempat. Para santri sebelumnya juga sudah diberi informasi agar tidak langsung masuk ke dalam kamar, dan hal itu dipatuhi. Namun, setelah beberapa lama menunggu dan masuk ke dalam kamar, para santri putri tersebut justru sakit.
Sementara itu, Direktur RSUD Jombang dr Pudji Umbaran mengatakan dugaan sementara, para santri putri tersebut mengalami keracunan, sebab mereka mengeluhkan sakit setelah pengasapan selesai.
Namun, ia menyebut untuk memastikan isi kandungan obat saat dilakukan "Fogging" itu, masih diteliti oleh dinas kesehatan setempat. Nantinya, dari hasil observasi dinas kesehatan itu, akan dijadikan sebagai bahan evaluasi, khususnya obat-obatan yang digunakan dalam kegiatan itu. Untuk saat ini, rumah sakit memberikan penangaanan para pasien, agar kondisi mereka lebih baik.
"Rata-rata mereka mengalami sesak, mual, muntah dan lemas. Jadi, itu yang harus kami tangani dengan memberikan beberapa tindakan lain," katanya.
Ia pun meminta para santri harus mencuci bersih baju serta beragam alat yang terkena pengasapan itu, sebagai upaya mencegah hal serupa terjadi. Bahkan, jika ada yang merasa sesak harus segera mendapatkan bantuan, sebab jika dibiarkan saja bisa berbahaya.
Hingga saat ini, masih ada belasan santri yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang. Kondisi mereka masih lemah setelah mual dan muntah. Beberapa di antaranya juga mengalami dehidrasi, sehingga harus ditangani.
Ia pun menyebut, mengadakan "Fogging" secara mandiri sebenarnya bagus, namun seharusnya tim juga memperhatikan obat serta takarannya. Jika takaran yang diberikan tidak tepat, bisa berakibat membahayakan orang lain.
Untuk itu, ia pun berharap, ke depan masyarakat yang ingin daerahnya dilakukan pengasapan, lebih baik koordinasi dengan dinas kesehatan, yang mengetahui tentang takaran secara tepat, cara tepat melakukan foging, sampai pengamanan daerah yang difogging.
Walaupun terjadi musibah tersebut, aktivitas di asrama putri tersebut berjalan seperti biasa. Pihak pondok juga tidak berencana menuntut pemerintah desa setempat yang melakukan pengasapan itu dan lebih pada mencari jalan keluar bersama. (*)
Bagian Keamanan PP Bahrul Ulum Tambakberas, Kabupaten Jombang Tito di Jombang, Senin, mengemukakan keracunan itu terjadi pada Minggu (20/11) sore. Ia awalnya mendapatkan informasi sejumlah santri merasa sesak nafas tidak lama setelah "Fogging" di area pondok.
"Para santri masuk ke kamar ambil makanan dan itu juga setelah jam sekolah, banyak dari mereka yang kondisi perutnya masih kosong, lalu menghirup itu dan sesak nafas," katanya pada wartawan di Jombang, Senin.
Ia menyebut, ada sekitar 27 santri yang mengalami sakit, dengan gejala serupa. Selain sesak nafas, mereka juga mengalami pusing, hingga mual. Karena jumlah santri yang sakit banyak, akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
Informasi yang didapat, pengasapan itu dilakukan secara mandiri oleh pemerintah desa setempat. Para santri sebelumnya juga sudah diberi informasi agar tidak langsung masuk ke dalam kamar, dan hal itu dipatuhi. Namun, setelah beberapa lama menunggu dan masuk ke dalam kamar, para santri putri tersebut justru sakit.
Sementara itu, Direktur RSUD Jombang dr Pudji Umbaran mengatakan dugaan sementara, para santri putri tersebut mengalami keracunan, sebab mereka mengeluhkan sakit setelah pengasapan selesai.
Namun, ia menyebut untuk memastikan isi kandungan obat saat dilakukan "Fogging" itu, masih diteliti oleh dinas kesehatan setempat. Nantinya, dari hasil observasi dinas kesehatan itu, akan dijadikan sebagai bahan evaluasi, khususnya obat-obatan yang digunakan dalam kegiatan itu. Untuk saat ini, rumah sakit memberikan penangaanan para pasien, agar kondisi mereka lebih baik.
"Rata-rata mereka mengalami sesak, mual, muntah dan lemas. Jadi, itu yang harus kami tangani dengan memberikan beberapa tindakan lain," katanya.
Ia pun meminta para santri harus mencuci bersih baju serta beragam alat yang terkena pengasapan itu, sebagai upaya mencegah hal serupa terjadi. Bahkan, jika ada yang merasa sesak harus segera mendapatkan bantuan, sebab jika dibiarkan saja bisa berbahaya.
Hingga saat ini, masih ada belasan santri yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang. Kondisi mereka masih lemah setelah mual dan muntah. Beberapa di antaranya juga mengalami dehidrasi, sehingga harus ditangani.
Ia pun menyebut, mengadakan "Fogging" secara mandiri sebenarnya bagus, namun seharusnya tim juga memperhatikan obat serta takarannya. Jika takaran yang diberikan tidak tepat, bisa berakibat membahayakan orang lain.
Untuk itu, ia pun berharap, ke depan masyarakat yang ingin daerahnya dilakukan pengasapan, lebih baik koordinasi dengan dinas kesehatan, yang mengetahui tentang takaran secara tepat, cara tepat melakukan foging, sampai pengamanan daerah yang difogging.
Walaupun terjadi musibah tersebut, aktivitas di asrama putri tersebut berjalan seperti biasa. Pihak pondok juga tidak berencana menuntut pemerintah desa setempat yang melakukan pengasapan itu dan lebih pada mencari jalan keluar bersama. (*)