Jombang (Antara Jatim) - Komunitas lintas agama Kabupaten Jombang, Jawa Timur, ziarah ke makam mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang dilakukan bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November.
"Gus Dur telah melampaui level sebagai pahlawan dan ini dibuktikan dengan banyaknya orang yang mengunjunginya," kata Pendeta Sholeh dari GKJW Jombang di Jombang, Kamis.
Ia mengatakan, setiap hari ada sekitar 2.000 orang yang ziarah di makam Gus Dur, yang berada di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang ini.
Selain makam Gus Dur, di makam ini juga terdapat makam pendiri organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Ashari, yang merupakan kakek Gus Dur, maupun KH Abdul Wahid Hasjim yang merupakan ayahandanya, sekaligus mantan menteri agama.
"Setiap harinya bisa sampai 2000-an peziarah, dari berbagai latar belakang. Kenyataan ini sekaligus merupakan sindiran bagi pemerintah yang hingga saat ini maju-mundur terkait gelar kepahlawanan Gus Dur," tegasnya.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Jombang Yusianto, yang juga hadir dalam ziarah itu menekankan perlunya menghidupkan lagi sosok Gus Dur.
"Indonesia tengah berada dalam pusaran radikalisme dan intoleransi. Hanya gara-gara berbeda suku dan agama, orang bisa menista dan menghujat," paparnya.
Sedangkan, Yenny dari penganut Konghucu Jombang mengingatkan setiap orang agar benar-benar meneladani perilaku Gus Dur. Apa yang Gus Dur lakukan terhadap warga Tionghoa, khususnya pemeluk Konghucu, tidak akan hilang dalam sejarah.
"Tidak ada satupun orang Konghucu yang tidak menghormati Gus Dur. Dia orang suci," katanya.
Ziarah ini diikuti belasan tokoh dari berbagai pemeluk agama. Mereka bersama-sama ziarah ke makam di PP Tebuireng, Jombang itu. Mereka perwakilan komunitas lintas iman dan etnis Jombang dari Kristen, Konghucu, Tionghoa, Hindu, Budda, dan Islam.
Selain rombongan itu, juga terdapat perwakilan "Jemaat Ahmadiyyah Indonesia" (JAI). Bagi komunitas Ahmadiyyah, Gus Dur adalah sosok penting bagi Indonesia.
"Dalam soal menjaga kebhinekaan, Gus Dur adalah pahlawan. Saat negara ini dipimpin beliau, sungguh terasa kerukunan dan kehidupan yang saling menghormati," kata Amin, perwakilan Ahmadiyyah.
Hujan deras mengguyur saat rombongan ziarah ke makam Gus Dur. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah dari rombongan dan mereka tetap khusyuk berdoa.
Rombongan mengelilingi makam Gus Dur, berdoa bergantian sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, dan menabur bunga di atas pusaranya. Kegiatan ini memang secara khusus bertujuan untuk mengenang warisan kepahlawanan Gus Dur bagi Bangsa Indonesia. (*)