Kediri (Antara Jatim) - Sejumlah petani lereng Gunung Wilis ( 2.169 meter di atas permukaan laut/ mdpl) yang tergabung dalam Kelompok Pesanggem Hutan Kreatif (KPHK) Wilis, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mulai membudidayakan tanaman kopi jenis arabika, karena nilai jualnya yang lebih tinggi.
Ketua KPHK Wilis, Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri Sudiro mengemukakan sudah mencoba budidaya tanaman kopi jenis ini sekitar dua tahun. Dari masa tanam itu sekitar 30 tanaman sudah diujicobakan.
"Dua tahun ini, ada sekitar 25-30 batang kopi yang sudah ditanam dan sudah bisa menghasilkan biji kopi 6-8 kilogram," katanya dikonfirmasi, Kamis.
Ia mengatakan, petani memang memilih budidaya kopi arabika. Dari sisi harga, jenis kopi ini mempunyai nilai yang lebih tinggi ketimbang jenis robusta. Jika harga 1 kilogram kopi robusta sekitar Rp25 ribu per kilogram, jenis arabika bisa dua kali lipat, sekitar Rp50 ribu per kilogram.
Di lereng Gunung Wilis, lanjut dia, sebenarnya sudah ada tanaman kopi, tapi jenis robusta. Namun, kopi ini sudah ditanam secara turun temurun, sehingga tinggal panen saja.
Untuk saat ini, pihaknya memang masih tanam sekitar 30 tanaman kopi, namun selama dua bulan ini sudah melakukan budidaya bibit tanaman ini. Ada sekitar 1.600 bibit biji kopi arabika yang sudah mulai disemai.
"Kami nanti targetnya 10 ribu pohon. Namun, untuk dua bulan ini masih 1.600 pohon. Nanti jika panjangnya sudah sekitar 25 sentimer tanaman siap ditanam," katanya.
Ia mengaku, saat ini memang masih fokus pada pembibitan. Namun, ia mengakui terkendala lahan, karena tidak semua petani yang tergabung di kelompok mempunyai lahan yang luas.
Untuk itu, ia pun mencoba mengajak kerjasama dengan Perhutani Kediri, terkait dengan upaya tanam kopi di areal perkebunan. Nantinya, jika hal itu diizinkan, bisa menambah pemasukan petani serta perhutani.
"Jujur, kami tidak punya lahan, jadi di lingkungan kami yang bisa ditanami adalah di hutan, jadi mencoba silaturahmi dengan Perum Perhutani dan semoga mereka memberi peluang agar diberi kesempatan bisa tanam di hutan," katanya.
Ia menambahkan, untuk budidaya itu sementara juga fokus untuk kebutuhan kelompok dan bukan untuk dijual. Ia mencoba tanam dengan biji berkualitas bagus, sehingga nantinya bisa menghasilkan bibit yang bagus pula.
Pihaknya berharap, dengan budidaya ini nantinya kesejahteraan petani juga semakin meningkat. Selain itu, diharapkan ada komoditas andalan lain selain hortikultura di lereng Gunung Wilis ini. (*)