Kediri (Antara Jatim) - Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar memberangkatkan para santri yang ikut rombongan kirab resolusi jihad di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan memperingati Hari Santri, 22 OKtober.
"Ini menorehkan sejarah bagi Kota Kediri, makanya (kirab resolusi jihad) mengembalikan perjuangan Islam, dan ini merupakan penghormatan bagi masyarakat Kota Kediri," katanya dalam acara pemberangkatan rombongan kirab resolusi jihad di PP Lirboyo, Kediri, Minggu.
Ia mengatakan, memaknai resolusi jihad saat ini tidak harus perang, tapi melakukan hal positif baik untuk pemerintah, masyarakat, termasuk untuk santri sendiri sesuai dengan porsinya masing-masing.
Pihaknya juga mengapresiasi kompaknya para santri yang ikut dalam kirab tersebut. Kekompakan mereka dinilai sangat baik untuk ditiru, demi mempertahankan NKRI.
Sementara itu, perwakilan dari rombongan kirab Iswah Abidal Aziz mengatakan kirab resolusi jihad ini sebenarnya dimulai sejak 13 Oktober 2016 dari Banyuwanyi. Rombongan singgah ke beberapa lokasi pondok pesantren serta ziarah ke makam pahlawan bangsa.
Pihaknya berharap nanti 21 Oktober sduah tiba di Cilegon, Banten dan tanggal 22 Oktober kembali ke Jakarta, mengikuti upacara Hari Santri di Lapangan Banteng, Jakarta.
"Niat kami 'lillahi ta'ala' untuk menyiarkan, menggelorakan kembali semangat resolusi jihad, 'ghirah' perjuangan Nahdlatul Ulama. Kami mohon doa restu mudah-mudahan apa kami niatkan dapat kami wujudkan," ujarnya.
Ia menambahkan, jumlah peserta yang ikut rombongan sebanyak 68 peserta dari badan otonom Nahdlatul Ulama. Selain ke Kediri, rombongan juga akan singgah ke Blitar dan Tulungagung.
Pengasuh PP Lirboyo Kediri KH Anwar Mansur mengemukakan sejumlah santri dari PP Lirboyo, Kediri, juga mengikuti kirab resolusi jihad. Dalam sejarahnya, pondok ini juga ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajah. Bahkan, kiai maupun santri juga berangkat ke Surabaya bergabung dengan kiai lainnya.
"Dulu, pengasuh dan santri berangkat ke Surabaya, bertemu dengan seluruh kiai dan santri yang sudah ada di Surabaya, membela NKRI. Jadi, kontribusi pesantren tidak kecil, dan jangan dianggap pondok itu diam saja," katanya.
Ia pun juga mengatakan, kontribusi para santri bukan hanya ikut melawan penjajah asing, tapi juga pemberontak. Bahkan, pengasuh pernah hendak menjadi target pembunuhan para pemberontak, tapi saat itu berhasil lolos. Ia berharap, kegiatan ini berjalan dengan lancar. (*)