Jember (Antara Jatim) - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, menciptakan game edukasi "Monitoring of Sexual Tutelage and Education of Reproduction" atau yang disingkat "Monster" untuk mengantisipasi kekerasan seksual terhadap anak.
"Salah satu usaha untuk mengedukasi bahaya kekerasan seksual terhadap anak, tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Unej yakni Ferry Fitriya Ayu Andika, Annisa Dewi dan Helin Karismaningtyas menggunakan permainan edukatif sebagai bentuk penyuluhan pencegahan tindak kekerasan seksual anak," kata staf Humas dan Protokol Unej Iim Fahmi Ilman di Kampus Unej, Kamis.
Menurut dia, maraknya kasus kekerasan seksual (pedofil) yang terjadi pada anak-anak menjadi perhatian khusus semua pihak, bahkan untuk mengurangi tindak pidana tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak, yang mengatur pemberian sanksi kebiri kepada pelaku kekerasan seksual kepada anak.
"Tentunya usaha untuk mengurangi kasus kekerasan seksual pada anak, tidak hanya di sisi penegakan hukum dan pengobatan saja, namun wilayah pencegahan dan pemberian edukasi juga harus diperhatikan, termasuk di lingkungan kampus," tuturnya.
Sementara salah seorang penggagas game Monster, Ferry Fitri Ayu Andika mengatakan game edukasi tentang bahaya kekerasan seksual dengan nama "Monster" tersebut berawal dari niatan melindungi masa depan anak-anak.
"Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh KPAI pada tahun 2015, dari total kejahatan yang terjadi 58 persennya adalah kejahatan kekerasan seksual pada anak. Bahkan pada pada tahun 2014 tercatat sebanyak 5.066 kasus naik tajam dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya 2.178 kasus," tuturnya.
Ia mengatakan ide tersebut sudah dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul "Inovasi Permainan Edukatif Monster Sebagai Upaya Penurunan Kasus Kekerasan Seksual Dan Pedofilia Pada Anak di Indonesia".
"Game Monster itu memiliki lima permainan yakni pendidikan seksual; organ tubuh dan reproduksi; haid dan mimpi basah; kekerasan seksual; dan perlindungan diri.
Di setiap permainan, lanjut dia, pemain game diminta meng-klik jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan, kemudian setiap jawaban yang benar akan mendapatkan nilai dan penghargaan, sementara jawaban salah akan mendapatkan penjelasan.
"Kami mendesain game itu dengan level-level permainan berjenjang yang dikaitkan dengan kota di Indonesia, agar anak-anak juga tahu mengenai kota di negaranya," kata calon dokter yang suka main game itu.
Ia menjelaskan pertanyaan yang diajukan semisal bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh orang lain dan apa yang harus dilakukan saat mendapatkan tindakan yang mengarah kepada kekerasan seksual.
"Permainan itu bisa digabungkan dengan pelajaran lain semisal pelajaran IPA karena juga membahas mengenai tubuh, alat reproduksi sampai proses datang bulan dan mimpi basah sebagai tanda pubertas bagi anak," ujarnya.
Pilihan membuat game bagi anak-anak khususnya di usia sekolah dasar bukan tanpa alasan karena dari hasil penelitian yang sudah dipublikasikan, pelaku pedofilia memiliki riwayat sebagai korban pedofilia.
"Harapan kami, permainan ini bisa memberikan pemahaman bagi anak-anak akan bahaya pedofilia sekaligus memutus mata rantai kasus tersebut," tuturnya.
Ide game Monster karya trio mahasiswi FK Unej itu mendapatkan penghargaan sebagai juara pertama dalam ajang "Warmadewa Aesculapius Science Competition" yang digelar oleh Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali pada tanggal 22-25 September lalu.
"Alhamdulillah ide kami mendapatkan apresiasi yang bagus dari para dewan juri sehingga diganjar sebagai juara pertama, diikuti tim FK Universitas Udayana, dan tim FK Universitas Hasanuddin di peringkat kedua dan ketiga," katanya.(*)