Surabaya (Antara Jatim) - Sekitar 19 tokoh melakukan orasi kemerdekaan di Hotel Majapahit Kota Surabaya, Senin malam, dalam rangka memperingati sejarah perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato (sekarang hotel Mojopahit).
Salah satu tokoh yang juga Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur Akhmad Munir melakukan orasi dengan mengingat kembali peran salah satu wartawan Kantor Berita Antara, Abdul Wahab Saleh yangsaat itu berhasil mengabadikan foto heroik perobekan bendera Belanda di hotel Yamato.
"Atas peristiwa itu, Abdul Wahab sempat dipukuli tentara Belanda karena mengabadikan momen tersebut," katanya.
Menurut dia, semangat para pahlawan dalam melawan para penjajah sampai membuahkan kemerdekaan di republik ini patut diingat oleh generasi sekarang. Bahkan nilai perjuangan harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Kita semua Arek-arek Surabaya menghadapi penjajahan model baru," katanya.
Penjajahan model baru di antaranya perusakan mental budaya bangsa, kemiskinan, kebodohan dan korupsi. "Itulah musuh bersama kita yang harus dilawan," katanya.
Sementara itu, salah satu pencetus Festival Merah Putih Dr. Ananto, Sidohutomo MARS mengatakan perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato dan kemudian terjadi pertempuran Arek-arek Surabaya melawan tentara sekutu pada 19 September 1945 adalah pertempuran pertama RI melawan agresor asing/penjajah.
"Ini yang menjadi inspirasi awal dan diikuti seluruh bangsa Indonesia lainnya. Pertempuran penuh semangat patriotisme ini dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan dan keutuhan NKRI," katanya.
Ia mengatakan pertempuran terjadi karena pihak agresor asing mengibarkan bendera mereka di wilayah kedaulatan RI. Ribuan arek-arek Surabaya tidak terima dan marah.
"Dengat semangat patriotisme, arek-arek Surabaya menyerbu dan dan bertempur hingga akhirnya berhasil naik kepuncak tertinggi tiang bendera. Merobek warna biru dan berkibarlah sang Merah Putih," katanya. (*)