Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) memperkenalkan tiga tokoh perempuan yang dinilai layak untuk ditetapkan menjadi pahlawan nasional, mereka antara lain Ratu Ageng Tegalrejo, S.K. Trimurti, dan R.A. Soetartinah.
Komisioner Komnas Perempuan Veryanto Sitohang dalam webinar di Jakarta Rabu mengatakan, lembaganya menyelenggarakan peringatan Hari Pahlawan dengan perspektif perempuan setiap tahun dan turut memperkenalkan tokoh-tokoh perempuan yang jarang dikenali publik sejak tahun 2021.
“Sesungguhnya pengakuan -oleh pemerintah- bukan menjadi target utama kita. Tapi bagi kami, memahami, mengenali, dan mengakui pahlawan perempuan ini akan menjadi inspirasi bagi masyarakat, bagi publik,” kata Very.
Tokoh pertama, yaitu Ratu Ageng Tegalrejo yang merupakan istri dari Sultan Hamengkubuwono I. Ia membentuk Korps Srikandi Kesultanan yang berjuluk Prajurit Esti Langenkusumo, sebuah pasukan yang memperkuat perjuangan Pangeran Diponegoro. Ratu Ageng juga mengasuh Pangeran Diponegoro, cicitnya yang merupakan putra Sultan Hamengkubuwono III.
Setelah suaminya meninggal, Ratu Ageng hengkang dari Keraton Yogyakarya dan mendirikan istana sendiri di Tegalrejo, Yogyakarta. Di sana, ia kemudian membuka lahan pertanian, pesantren kecil, dan menyebarkan agama Islam bernafaskan Tarekat Syattariyah.
Yang kedua yaitu S.K. Trimurti yang merupakan wartawan, aktivis buruh, serta menteri perburuhan pertama. Ia merupakan pejuang kemerdekaan yang mendapatkan penghargaan Satya Lencana Perjuangan Kemerdekaan, Mahaputera, serta Perintis Kemerdekaan.
Keterampilan menulis S.K. Trimurti diyakini oleh banyak orang setelah Presiden pertama Indonesia Soekarno memintanya untuk menulis di Pikiran Rakyat, sebuah majalah politik corong Partindo yang kala itu terkemuka. Ia juga tercatat sebagai salah satu pendiri Gerakan Wanita Indonesia Sedar yang didirikan pada tahun 1950.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) memilih nama S.K. Trimurti sebagai ikon untuk memberikan penghargaan kepada jurnalis atau aktivis perempuan yang berjuang untuk kebebasan pers, kebebasan berekspresi, kesetaraan gender, serta hak publik atas informasi.
Yang terakhir yaitu R.A. Soetartinah yang merupakan istri dari Ki Hajar Dewantara. Ia merintis organisasi Wanita Taman Siswa untuk bisa membantu fokus pendidikan untuk kalangan perempuan. Ia juga menggantikan suaminya sebagai pemimpin dari Pemimpin Umum Persatuan Taman Siswa sampai dengan dirinya wafat.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Komnas Perempuan telah mengenalkan beberapa tokoh perempuan dimulai pada 2021, antara lain Lasminingrat (perempuan Sunda pegiat literasi dan kemerdekaan), Monia Laturina (perempuan adat Maluku Panglima Perang melawan kolonial Belanda), Boetet Satidjah (pendiri, editor, pemimpin redaksi Perempuan Bergerak di Sumatera Utara), Setiati Surasto (pembela buruh perempuan), Auw Tjoei Lan (perempuan melawan human trafficking), dan Tamu Rambu Margaretha (perempuan Sumba melawan perbudakan).
Kemudian pada 2022, nama-nama tokoh yang diperkenalkan Komnas Perempuan antara lain Johana Tumbuan Masdani (perempuan Sulawesi Utara pembaca naskah Sumpah Pemuda 1928), The Sin Nio (pejuang kemerdekaan), dan Ni Sombro (pembuat keris dari bumi Parahyangan).
Selanjutnya pada 2023, tokoh-tokoh yang diperkenalkan yaitu Trisudji Djuliati Kamal (komponis perempuan), Putri Lopian (perempuan pejuang dari tanah Batak, putri Sisingamaraja XII), Purnomowulan (tokoh sumpah pemuda, guru), Emma Puradireja (pejuang kesetaraan gender dan aktif dalam organisasi perjuangan kemerdekaan), serta Siti Soendari (berpidato dalam Kongres Pemuda III).
Very mengatakan, Komnas Perempuan mendorong pengakuan para pahlawan perempuan ini agar tidak hanya cukup dikenali masyarakat, tetapi juga menjadikan mereka tokoh bangsa atau negarawan yang layak untuk diteladani dan dilanjutkan perjuangannya.
Mengutip data dari Kementerian Sosial (Kemensos), hingga tahun 2023 tercatat sebanyak 206 pahlawan yang diberikan gelar oleh negara. Namun, ujar Very, hanya 16 tokoh perempuan yang diakui dari total 206 pahlawan nasional tersebut.
“Kami berharap bahwa pahlawan perempuan, siapapun, ada di antara pahlawan-pahlawan yang akan diberikan gelar pahlawan pada tahun 2024,” kata Very.